JAKARTA - Presiden Masoud Pezeshkian dalam wawancara dengan jaringan televisi Amerika Serikat NBC menegaskan, Iran tidak pernah berencana untuk membunuh siapa pun, termasuk Donald Trump dan tidak akan pernah melakukannya.
Itu dikatakan Presiden Pezeshkian menanggapi pertanyaan yang diajukan oleh Lester Holt dalam program NBC 'Nightly News', salah satu ancaman potensial terhadap diplomasi dapat dilihat sebagai apa yang diyakini AS, Iran berencana membunuh presiden terpilih itu.
"Semua pembunuhan dan aksi teror yang kita lihat terjadi di kawasan, Eropa, dan tempat lain, apakah ada jejak keterlibatan warga Iran di dalamnya atau ada warga negara asing lainnya? Apakah ada kaitan antara pembunuhan teror itu dengan Iran? Tidak pernah! Iran tidak pernah mengejar pembunuhan dan aksi teror," terang Presiden Pezeshkian, melansir IRNA 15 Januari.
"Tidak pernah, sama sekali tidak!," tegas Presiden Pezeshkian ketika ditanya kembali mengenai rencana pembunuhan Trump.
"Kami tidak punya niat seperti itu sejak awal," tegas presiden Iran.
Iran telah berkali-kali menolak upaya dengan "motif politik jahat" untuk melibatkan negara itu dalam rencana pembunuhan di Amerika Serikat.
Itu setelah Biro Investigasi Federal (FBI) dan Departemen Kehakiman AS mengklaim bahwa seorang warga negara Pakistan diduga bekerja sama dengan Iran untuk merencanakan dan membunuh tokoh politik, termasuk Trump.
BACA JUGA:
Trump, politisi Partai Republik yang memenangkan pemilihan umum AS tahun lalu dan akan mulai menjabat pekan depan, selamat dari dua kali percobaan pembunuhan selama kampanye - satu pada Bulan September saat ia bermain golf di lapangan golfnya di West Palm Beach, Florida, dan satu lagi selama kampanye Bulan Juli di Butler, Pennsylvania. Para penyelidik tidak menemukan bukti keterlibatan Iran dalam kedua percobaan tersebut, dikutip dari Reuters.
Iran sebelumnya juga membantah klaim Washington bahwa Teheran mencampuri urusan Amerika Serikat, termasuk melalui operasi siber.
Sebaliknya, Teheran mengatakan Washington telah mencampuri urusannya selama beberapa dekade, dengan menyebutkan berbagai peristiwa mulai dari kudeta tahun 1953 terhadap seorang perdana menteri hingga terbunuhnya komandan militernya dalam serangan pesawat nirawak AS tahun 2020.