Bagikan:

JAKARTA - Ketua Umum PDI Perjuangan (PDIP) Megawati Soekarnoputri menyoroti kinerja kepolisian. Ia menyinggung jasanya memisahkan Korps Bhayangkara ketika menjabat sebagai Presiden ke-5 RI tapi sekarang justru digunakan untuk memuluskan tujuan orang tertentu.

Hal ini disampaikan Megawati ketika berpidato politik dalam acara peringatan HUT ke-52 PDIP di sekolah partai DPP PDIP, Lenteng Agung, Jakarta, Jumat, 10 Januari.

"Saya berani memisah tapi kalau polisi kayak gini, lho iya, kasihan, lho, saya sama polisi kroco itu loh,” kata Megawati.

Megawati menyebut polisi harusnya tidak seperti robot. "Mikir! dengan nurani bahwa ini tidak benar. Mana yang benar menurut hukum formal Indonesia yang dibuat, bukan orang per orang tetapi oleh tata negara Negara Kesatuan Republikk Indonesia melalui konstitusi dan perundang-undangan yang ada. Benar atau tidak," tegasnya.

Tak sampai di situ, Megawati juga menyinggung kasus Ferdy Sambo yang merencanakan pembunuhan terhadap Brigadir Nofriansyah Yosua Hutabarat atau Brigadir J.

Menurutnya, setiap membicarakan polisi, Megawati selalu teringat dengan kasus ini. Bahkan, dia pernah menangis melihat ibu Brigadir J yang tewas karena penembakan.

"Kalau yang mati jenderal pasti ribut. Tapi itu kroco. Ibunya sampai pingsan-pingsan. Saya ini seorang ibu, loh, nangis saya," ujarnya.

Megawati lantas menyinggung polisi yang digunakan untuk kepentingan orang per orang.

"Saya bilang apa ini. Malu saya sudah mbelah-mbelah susah payah. Apa dipikirnya gampang waktu mesti misahin itu karena TAP MPR. Kalau enggak, enggak mau aku," ujarnya.

"Tapi setelah dibuat begini, kenapa kamu dipergunakan bukan oleh republik ini tapi duganakan oleh orang per orang. Jawab saya kalau berani!" kata Megawati.

Megawati mengatakan dia punya hak untuk bicara soal polisi. "Ini rumah saya kok. Saya mau marah boleh saja. Wong buktinya nyata tapi enggak ada yang berani ngomong," pungkasnya.