JAKARTA - Seorang pejabat senior kelompok militan Palestina Hamas mengatakan, Menteri Luar Negeri Amerika Serikat Antony Blinken akan dituntut atas perannya dalam perang di Jalur Gaza.
"Pernyataannya menyesatkan dan kami tidak mempercayainya, dan kemitraannya dalam kejahatan terhadap rakyat kami akan dituntut secara hukum," kata anggota politbiro Hamas Osama Hamdan dalam sebuah konferensi pers di Aljazair, menyebut Blinken sebagai "mitra dalam perang pemusnahan" dikutip dari The Times of Israel 7 Januari.
Sebelumnya, dalam wawancara akhir pekan dengan The New York Times, Menlu Blinken menyalahkan Hamas atas kegagalan mencapai kesepakatan pembebasan sandera.
"Apa yang telah kita lihat berulang kali adalah Hamas tidak menyelesaikan kesepakatan yang seharusnya diselesaikannya," kata Menlu Blinken.
"Mengapa tidak ada suara bulat di seluruh dunia agar Hamas meletakkan senjatanya, menyerahkan sandera, menyerah — saya tidak tahu apa jawabannya. Israel, dalam berbagai kesempatan, telah menawarkan jalan aman bagi para pemimpin dan pejuang Hamas untuk keluar dari Gaza. Di mana dunia? Di mana dunia berkata, Ya, lakukan itu! Akhiri ini! Hentikan penderitaan rakyat yang kalian ciptakan!" katanya.
Hamdan mengklaim, negosiasi dengan Israel telah membuktikan bahwa satu-satunya cara untuk mencapai hak-hak bagi Palestina adalah dengan kekerasan.
"Kami bertekad untuk menghentikan agresi dan agar musuh menarik diri dari Jalur Gaza, agar bantuan dan rekonstruksi dilakukan tanpa syarat Israel," kata Hamdan.
"Kami berharap ini akan tercapai secepat mungkin," tandasnya.
Ia menyerukan "komite nasional" untuk mengelola Gaza dan "menghalangi jalan setiap argumen korup yang berusaha menindas rakyat kami."
BACA JUGA:
Diketahui, pembicaraan gencatan senjata dan pembebasan sandera tidak langsung antara Israel dan Hamas dilanjutkan di Doha, Qatar pekan lalu dengan mediasi Amerika Serikat, Qatar dan Mesir.
Terpisah, sumber-sumber medis di Jalur Gaza mengonfirmasi pada Hari Selasa, jumlah korban tewas di wilayah kantong Palestina itu sejak konflik baru pecah pada 7 Oktober 2023 telah mencapai 45.885 orang, sementara korban luka-luka mencapai 109.196 orang, mayoritas adalah anak-anak dan perempuan, dikutip dari WAFA.