JAKARTA - Anggota Komisi Kepolisian Nasional (Kompolnas) Yusuf Warsyim mengatakan lembaganya bakal meminta Presiden Prabowo Subianto untuk menimbang pengurangan kepemilikan senjata api (senpi) bagi anggota Polri. Kompolnas akan merekomendasikan agar Polri lebih banyak menggunakan jenis senjata yang sifatnya melumpuhkan.
“Tindakan Kepolisian itu memang harus humanis termasuk dalam penggunaan senjata. Maka diperlukan penguatan pada penggunaan senjata-senjata yang tidak mematikan,” ujarnya dalam podcast EdShareOn bersama host Eddy Wijaya, yang tayang pada Rabu, 11 Desember 2024.
Langkah dari Kompolnas ini tak lepas dari maraknya aksi penembakan warga sipil yang melibatkan anggota Polri. KontraS menyatakan, periode Juli 2023 hingga Juni 2024, terdapat 645 kasus kekerasan yang melibatkan anggota Polri. Sebanyak 460 di antaranya berkaitan dengan kasus penembakan.
Terbaru adalah keterlibatan anggota polisi dalam kasus penembakan siswa SMK hingga tewas di Kota Semarang, Jawa Tengah, pada 24 November 2024. Di hari yang sama, penembakan juga diduga libatkan polisi tewaskan seorang warga sipil di Perkebunan Kelapa Sawit di Kabupaten Bangka Barat. Ada pula kasus polisi tembak polisi di Kabupaten Solok Selatan, Sumatera Barat, pada 22 November 2024.
Yusuf tak merinci usulan Kompolnas tentang jenis senjata yang sifatnya melumpuhkan untuk menggantikan senjata api bagi anggota Polri. Ia juga bergeming soal usulan anggota DPR agar polisi lebih banyak dipersenjatai pentungan. “Sebenarnya standar penggunaan senjata bagi anggota Polri itu sudah ada. Tapi, bila situasi tidak terkendali baru menggunakan Senpi. Itu juga harus dengan tembakan peringatan dulu,” katanya.
Menurut Yusuf, Polri juga perlu melakukan modernisasi Sistem Pengawasan Melekat, yang selama ini berfungsi mengawasi kepemilikan senjata api bagi anggota Polri. Langkah ini dibutuhkan agar pengawasan kepemilikan senjata api serta identifikasi kelayakan kepemilikan senjata api semakin diperketat. “Jadi, ada semacam ‘alarm’ untuk evaluasi polisi yang bawa senpi. Kalau tidak sesuai lagi, langsung diminta (senjatanya),” kata dia. “Apabila fungsi pengawasan melekat itu berjalan, pasti akan efektif,” kata Yusuf menambahkan.
Lima Program Prioritas Kompolnas
Kepada Eddy Wijaya, Yusuf Warsyim membeberkan 5 isu yang menjadi fokus utama program kerja Kompolnas setelah dipimpin Jenderal (Purnawirawan) Budi Gunawan sejak 5 November 2024. Kelima isu tersebut adalah tata kelola kelembagaan Kompolnas sebagai pengawas eksternal Polri, meningkatkan kepuasan masyarakat terhadap pelayanan Polri, pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM) dan modernisasi sistem penerimaan layanan, pengawasan integritas Polri, serta penguatan pengawasan pelayanan Polri dalam hal perlindungan kelompok rentan, perempuan, anak dan kelompok minoritas. “Kelima isu itu bertujuan agar Polri mengedepankan profesionalisme dalam menjalankan tugas,” ujar Yusuf.
Yusuf menjelaskan salah satu isu tersebut menekankan fungsi Kompolnas sebagai lembaga pengawas Polri. Kompolnas akan bekerja keras memastikan integritas kepolisian dengan mengawasi kemandirian personel polisi dalam menjalankan tugas, pengawasan keterlibatan politik praktis, dan pengawasan ketaatan Polri terhadap hukum. “Ketika ada oknum yang melakukan penyimpangan, tanggung jawab Kompolnas untuk membenahinya,” ucapnya.
Misalnya pada Pilkada Serentak 2024, Yusuf mengatakan Kompolnas sudah turun mengusut dugaan keterlibatan polisi. Namun Kompolnas tidak menemukan bukti campur tangan polisi dalam pesta demokrasi tersebut. “Tapi, bila memang ada bukti, silahkan dibuktikan. Tidak boleh mengatakan (Kompolnas) selidiki, lah. Harus dilaporkan dengan disertai fakta-fakta,” kata dia.
Yusuf menambahkan Kompolnas juga akan memperkuat pelayanan Polri terhadap masyarakat di tingkat paling bawah. “Fungsi pelayanan yang akan diperkuat seperti di Polres dan Polsek. Sehingga organisasi Polri layaknya piramida sehingga yang paling bawah yang lebih kuat,” katanya.
BACA JUGA:
Siapa Eddy Wijaya Sebenarnya, Begini Profilnya
Sosok Eddy Wijaya adalah seorang podcaster kelahiran 17 Agustus 1972. Melalui akun YouTube @EdShareOn, Eddy mewawancarai banyak tokoh bangsa mulai dari pejabat negara, pakar hukum, pakar politik, politisi nasional, hingga selebritas Tanah Air. Pria dengan khas lesung pipi bagian kanan tersebut juga seorang nasionalis yang merupakan aktivis perjuangan kalangan terdiskriminasi dan pemerhati sosial dengan membantu masyarakat lewat yayasan Wijaya Peduli Bangsa. Ia juga aktif di bidang olahraga dengan menjabat Ketua Harian Persatuan Olahraga Berkuda Seluruh Indonesia (Pordasi) Pacu dan juga pernah menjabat Wakil Ketua Umum Persatuan Bulu Tangkis Seluruh Indonesia (PBSI) Jakarta Timur.
Gagasan-gagasannya terbentuk karena kerja kerasnya untuk mandiri sejak usia 13 tahun hingga sukses seperti sekarang. Bagi Eddy, dunia kerja tidak semulus yang dibayangkan, kegagalan dan penolakan menjadi hal biasa. Hal itulah yang membuatnya memegang teguh tagline “Sukses itu hanya masalah waktu”. (ADV)