JAKARTA – Anggota Komisi VI DPR RI, Mufti Anam, menyoroti viralnya laporan kerusakan kendaraan akibat penggunaan Bahan Bakar Minyak (BBM) jenis Pertamax. Mufti mendesak PT Pertamina (Persero) bertanggung jawab dan segera mengevaluasi kualitas produk BBM yang dihasilkan.
"Kalau Pertamina sudah tidak bisa menghadirkan BBM murah dan berkualitas, bubarkan saja! Buat apa bicara soal kedaulatan energi jika rakyat dijerat dengan harga BBM mahal dan kualitas rendah," ujar Mufti dalam keterangannya, Selasa, 10 Desember.
Mufti meminta Pertamina memastikan produk yang mereka jual aman dan sesuai standar. Menurutnya, Pertamina harus menunjukkan komitmen terhadap kualitas dan tanggung jawab sebagai penyedia energi nasional.
"Pertamina harus memberikan jaminan kualitas yang dapat dipercaya. Jika perlu, lakukan uji coba terbuka untuk membuktikan keandalan produk mereka," tegasnya.
Mufti juga menyebutkan bahwa kasus kerusakan kendaraan akibat Pertamax terjadi di wilayah dapilnya, Pasuruan, Jawa Timur. Ia mengungkapkan, banyak warga yang kini lebih memilih membeli BBM dari SPBU BP, perusahaan migas asal Inggris, meskipun harus menempuh jarak jauh ke Surabaya atau Malang.
"Mereka merasa BBM dari BP lebih hemat dan berkualitas, meskipun harga tidak jauh berbeda. Ini menjadi indikator bahwa masyarakat tidak puas dengan produk Pertamina," ujarnya.
Selain kualitas BBM, Mufti juga menyoroti praktik distribusi yang kerap merugikan konsumen. Ia mendesak Pertamina untuk memperbaiki sistem pengawasan terhadap mitra-mitra yang mengelola SPBU.
"Kecurangan di SPBU sudah jadi rahasia umum. Pertamina harus serius memperkuat pengawasan dan memastikan tidak ada praktik merugikan konsumen," ungkap Mufti.
Mufti meminta pemerintah bersama Pertamina menyampaikan hasil investigasi secara terbuka kepada masyarakat. Hal ini untuk menghindari anggapan bahwa keluhan publik diabaikan.
"Pemerintah dan Pertamina harus transparan soal investigasi ini. Jika ada bukti jelas, rakyat tidak akan merasa ditipu," pungkasnya.
BACA JUGA:
Di sisi lain, PT Pertamina (Persero) telah melakukan pengujian terhadap sampel Pertamax yang dilaporkan bermasalah. Hasilnya, Pertamina mengklaim bahwa produk mereka sudah memenuhi spesifikasi teknis yang disyaratkan.
Namun, polemik tentang kualitas BBM Pertamina terus mencuat. Sejak 2023, isu ini kerap menjadi sorotan, terutama terkait standar sulfur dan dampaknya terhadap lingkungan. Pertamina pun dituntut untuk tidak hanya memperbaiki kualitas BBM, tetapi juga meningkatkan pelayanan serta pengawasan distribusi secara menyeluruh.