Bagikan:

JAKARTA - Juru bicara Kementerian Luar Negeri Roy Soemirat mengatakan, keputusan apa yang disebut sebagai negara mitra BRICS dianggap sebagai keputusan sementara, sebelum keputusan penuh diambil pada KTT berikutnya.

Itu dijelaskannya ketika ditanya mengenai kabar Indonesia menerima tawaran untuk menjadi negara mitra BRICS.

Dalam keterangannya dari Brasil Roy menjelaskan, dalam gelaran KTT BRICS Plus (di Kazan, Rusia pada Bulan Oktober), Indonesia yang diwakili oleh Menteri Luar Negeri Sugiono sebagai utusan khusus presiden, secara resmi mengajukan permohonan untuk menjadi anggota penuh BRICS.

"Menurut pemahaman kami, anggota BRICS saat ini sedang mempertimbangkan permohonan kami berdasarkan proses internal mereka," kata juru bicara Kemlu RI dalam pesan singkat kepada VOI, Rabu 20 November.

"Mengenai keputusan mereka tentang apa yang disebut negara mitra, kami menganggapnya sebagai keputusan sementara sebelum keputusan penuh diambil pada KTT berikutnya," jelas Roy.

"Bola ada di tangan mereka sekarang," tandasnya.

Ditambahkannya, pihaknya tidak akan membahas substansi sebelum anggota BRICS memutuskan lebih lanjut jawaban atas permohonan Indonesia.

"Namun, menurut pemahaman kami, prioritas BRICS memiliki banyak kesamaan dengan prioritas kami," kata Roy.

Diberitakan sebelumnya, Duta Besar Indonesia untuk Rusia Jose Antonio Morato Tavares mengonfirmasi, Indonesia telah menerima undangan untuk menjadi negara mitra BRICS.

"Betul, menerima tawaran tersebut," katanya dalam pesan singkat kepada VOI.

"Menerima disini juga artinya we accept to become a BRICS partner country," lanjutnya.

Ketika ditanya, apakah Pemerintah di Jakarta harus menjawab undangan tersebut untuk resmi menjadi negara mitra, Ia mengatakan,"Jakarta sudah menjawab."

Sebelumnya, Duta Besar Jose Tavares dalam wawancara dengan TAS mengonfirmasi undangan tersebut.

"Ya, (kami telah menerima undangan). Ini perkembangan yang positif. Sekarang, kami telah menjadi negara mitra BRICS," kata diplomat tersebut, dikutip dari TASS.

Dijelaskannya, status ini memungkinkan Indonesia untuk berpartisipasi dalam pertemuan kelompok tersebut sebagai negara mitra.

Ia menambahkan, dalam peran ini, Indonesia "akan secara aktif berkontribusi dan berpartisipasi dalam inisiatif apa pun yang dilakukan BRICS."

Diketahui, Setelah KTT BRICS di Kazan, Presiden Rusia Vladimir Putin mengumumkan kelompok tersebut telah menyetujui daftar negara mitranya, meskipun nama-nama mereka tidak diungkapkan. Pada tahap awal, undangan akan diberikan kepada negara-negara ini, dan pengumuman akan dilakukan setelah tanggapan positif diterima.

BRICS didirikan pada tahun 2006 oleh Brasil, Rusia, India dan China, dengan Afrika Selatan bergabung pada tahun 2011. Pada tanggal 1 Januari 2024, Mesir, Ethiopia, Iran, Arab Saudi, dan Uni Emirat Arab menjadi anggota penuh.