Bagikan:

YOGYAKARTA – Banyak di antara kita yang belum mengenal tradisi potong Jari Papua. Disebut juga dengan Iki Palek, tradisi ini dilakukan oleh Suku Dani yang mendiami wilayah Lembah Baliem yang ada di bagian tengah pengunungan Jayawijaya.

Tradisi potong jari dilakukan untuk menunjukkan rasa kesedihan mendalam akibat ditinggalkan oleh anggota keluarga.

Penasaran seperti apa tradisi potong jari Papua? Dihimpun dari berbagai sumber, simak informasi selengkapnya berikut ini.

Mengenal Tradisi Potong Jari Papua

Tradisi potong jari dilakukan masyarakat suku Dani ketika ada anggota keluarga baik itu ayah, ibu, anak, atau adik yang meninggal dunia.

Meski terlihat cukup ekstrim, rasa sakit kehilangan satu jari tersebut melambangkan bahwa sebuah kematian menjadi duka yang mendalam bagi keluarga yang ditinggalkannya.

Di tanah Papua, tradisi ini merupakan salah satu dari fakta mengikat “hingga maut memisahkan” dan ikatan keluarga yang terhortmat. Kematian yang terjadi pada anggota keluarga membawa luapan emosi di mana kesedihan adalah penderitaan emosional.

Akan tetapi, bagi perempuan suku Dani, rasa sedih yang mendalam tidak berhenti sampai disitu, melainkan menyatu dengan penderitaan jasmani. Untuk itu, pihak perempuanlah yang melakukan tradisi potong jari.

Jari-jari perempuan suku Dani yang dipotong dalam tradisi ini melambangkan duka cita akibat kematian seseorang yang dicintai. Pemotongan jari ini dilakukan hanya dengan keyakinan akan apa yang diwakili oleh jari-jari tersebut bagi suku Dani.

Menurut kepercayaan suku Dani, jari bermakna kekuatan dan persatuan. Ketika jari-jari bersatu dan bekerja sama, ketidakmampuan untuk berfungsi dengan baik hanya dengan beberapa jari saja melambangkan kehampaan dan kekuatan keluarga yang semakin berkurang.

Kepercayaan masyarakat suku Dani terhadap pemotongan jari secara ritual dianggap dapat menjauhkan semangat gelisah dari almarhum.

Sementara bagi laki-laki, rasa sedih akibat kehilangan anggota keluarga ditunjukkan dengan memotong kulit telinga mereka.

Sebelum pemotongan jari dimulai, jari akan dililit dengan benang dan mereka akan membaca mantra. Jari mereka akan diikat dengan benang hingga mati rasa. Kemudian, baru dipotong agar mengurangi darah yang keluar.

Proses pemotongan jari dilakukan dengan dua cara. Pertama, perempuan suku Dani yang menjalani tradisi ini, menggihir jari mereka hingga putus. Cara kedua, menggunakan kapak untuk memotong jari.

Setelah menjalani tradisi ini, luka akan diikat dengan daun dan akan mengalami proses penyembuhan natural yang diperkirakan sekitar sebulan.

Seiring perkembangan zaman, tradisi ini perlahan mulai tergerus. Lunturnya tradisi ini juga akibat dari larangan dari pemerintah Indonesia dengan alasan Hak Asasi Manusia (HAM).

Kendati tradisi potong jari Papua sudah mulai memudar, bukti nyata dari adanya tradisi ini sebagai simbol berkabung dapat ditemukan pada tetua adat yang sebagian besar telah kehilangan jari tangannya karena dipotong.

Demikian informasi tentang tradisi potong jari Papua. Dapatkan update berita pilihan lainnya hanya di VOI.ID.