JAKARTA - Lembaga Penelitian Masyarakat Milenium (LPMM ) merilis hasil survei terkait peta kekuatan suara ketiga pasangan calon Gubernur dan Wakil Gubernur Nusa Tenggara Timur (NTT) pada Pilkada 2024 setelah melakukan masa kampanye sejak 25 September.
Hasilnya, pasangan Melki Laka Lena-Johni Asadoma mengungguli dua paslon pesaingnya, Yohanes Fransiskus Lema-Jane Natalia Suryanto dan Simon Petrus Kamlasi-Andreas Garu.
"Saat responden diberikan pertanyaan terbuka 'seandainya pemilihan langsung Kepala Daerah dilaksanakan hari ini, siapa pasangan calon Gubernur dan Wakil Gubernur NTT yang akan ibu/bapak/saudara pilih?', jawaban pilihan Top of Mind paslon Melki Laka Lena-Jhoni Asadoma dipilih sebanyak 38,1 persen," ujar Direktur Eksekutif LPMM, Alamsyah Wijaya, Jumat, 15 November.
"Pasangan ini mengungguli paslon Yohanes Fransiskus Lema-Jane Natalia Suryanto yang dipilih sebanyak 30,4 persen. Diikuti paslon Simon Petrus Kamlasi-Andreas Garu 21,3 persen, dan tidak menjawab 10,2 persen," sambungnya.
Begitu pula saat menggunakan pertanyaan tertutup di mana responden diminta untuk memilih jawaban dari pilihan yang telah ditentukan sebelumnya dengan dibantu dengan surat suara. Paslon Melki Laka Lena-Jhoni Asadoma dipilih sebanyak 40,4 persen, disusul paslon Yohanes Fransiskus Lema-Jane Natalia Suryanto 32,2 persen. Sedangkan paslon Simon Petrus Kamlasi-Andreas Garu dipilih sebanyak 23,8 persen, dan tidak menjawab 3,6 persen.
Survei LPMM juga menguji tingkat pengenalan atau Candidate Awareness oleh masyarakat NTT terhadap ketiga paslon tersebut. Hasilnya survei menemukan paslon Melki Laka Lena-Jhoni Asadoma dikenal baik oleh 73,2 persen responden.
Kemudian paslon Simon Petrus Kamlasi-Andreas Garu dikenal baik oleh 71,8 persen responden, dan paslon Yohanes Fransiskus Lema-Jane Natalia Suryanto dikenal baik oleh 70,1 persen responden.
LPMM kemudian mewawancarai secara mendalam responden yang telah menonton secara utuh debat pertama dan kedua dari ketiga paslon tersebut. Hasilnya, paslon nomor urut 01, Yohanes Fransiskus Lema-Jane Natalia Suryanto dinilai memiliki karakter kuat pada retorika dan janji. Tapi dinilai tidak memberikan keyakinan untuk memenuhi janjinya karena dianggap tidak realistis dengan fiskal NTT yang sangat terbatas.
"Yohanes Fransiskus Lema-Jane Natalia Suryanto dinilai terjebak romantisme dengan tidak mengakui kinerja dan program Presiden Jokowi dalam membangun NTT dan lebih memuji kemampuan Megawati dalam memimpin Indonesia dan mengurus NTT saat menjadi Presiden RI," jelas Alamsyah.
"Tidak begitu butuh dukungan pusat dan lebih andalkan kekuatan masyarakat dalam membangun walau tahu bahwa lebih 70 persen anggaran pembangunan NTT masih dari pusat," lanjutnya.
Sementara itu, lanjut Alam, responden menilai paslon nomor urut 02, Melki Laka Lena-Jhoni Asadoma bisa memberi bukti janji kampanye. Bukti itu ditunjukkan dari komitmen beberapa menteri setelah dikontak langsung oleh Melki Laka Lena saat menjadi anggota DPR.
"Komitmen dinilai sudah konkret, memberikan program untuk nelayan, rumah layak huni, petani, peternak, komunikasi digital, pendidikan, kesehatan, UMKM, koperasi dan lainnya," kata Alamsyah.
Selain itu, kata Alam, responden juga sudah mengetahui Melki Laka Lena-Jhoni Asadoma bertemu Presiden RI ke-7 RI, Joko Widodo di Jakarta. Pasangan ini mendapat amanah untuk menjaga keberlanjutan pembangunan yang sudah dibuat di era Jokowi di NTT dan terus meminta dukungan pemerintah pusat untuk dukung pembangunan di NTT.
Melki Laka Lena-Jhoni Asadoma juga dinilai sudah mendorong optimalisasi hasil bumi rakyat NTT, baik kualitas maupun kuantitas produk di berbagai bidang. Serta memperkuat dan melibatkan jejaring diaspora NTT se-tanah air dan sedunia untuk membantu pembangunan di NTT.
"Juga sebagai bagian dari koalisi Prabowo-Gibran terus mendorong dan perkuat dukungan pemerintah pusat, DPR dan DPD RI juga swasta dan CSO nasional bantu bangun NTT," ungkap Alamsyah.
Sedangkan paslon nomor urut 03, Simon Petrus Kamlasi-Andreas Garu, dinilai oleh responden punya banyak janji kampanye yang bermuara pada pentingnya air sebagai hal utama untuk semua pembangunan. Polanya dengan mengandalkan pompa hidran.
"Kedua hal itu dinilai terlalu menyederhanakan masalah dan solusi pembangunan NTT sehingga program lainnya tidak begitu jelas ke publik," kata Alamsyah.
Responden juga menilai bahwa pasangan Simon Petrus Kamlasi-Andreas Garu sangat realistis. Sebab responden sepakat membangun NTT butuh dukungan pusat dan tidak bisa hanya andalkan kemampuan NTT sendiri.
"Karena bukan bagian dari koalisi nasional seperti paslon nomor 01, sehingga sulit berikan rencana yang konkrit untuk mendapatkan dukungan pusat," ucapnya.
"Tapi Simon Petrus Kamlasi-Andreas Garu juga diketahui responden terus menjalin kekuatan dengan berbagai kekuatan di Jakarta, baik pemerintah pusat dan pihak lainnya tapi belum keliatan hasil nyata yang bisa diberikan untuk masyarakat NTT," pungkas Alamsyah.
Survei terbaru LPMM ini digelar pada periode 2-12 November 2024 dengan melibatkan 1.580 responden. Para responden merupakan pemegang KTP NTT dan terdaftar di Daftar Pemilih Tetap Pilkada NTT 2024.
Survei dilakukan dengan metode wawancara secara face to face secara langsung dan mengunakan Whatsapp Call. Adapun margin of error surve kurang lebih 2,46 persen dengan tingkat kepercayaan 95 persen.