Bagikan:

JAKARTA - Tiga orang tewas dan 66 luka-luka dalam bentrokan antara polisi dan pengunjuk rasa terkait protes hasil Pemilu di Mozambik.

Jumlah korban jiwa tersebut menambah jumlah dari 18 orang yang tewas dalam protes sebelumnya sejak pemilu 9 Oktober, yang menurut pihak oposisi telah dicurangi.

Beberapa kelompok menyebutkan jumlah korban lebih tinggi, dengan Pusat Demokrasi dan Hak Asasi Manusia di Mozambik melaporkan total 34 kematian.

Protes pada Kamis, 7 November, merupakan protes terbesar yang pernah terjadi di Mozambik terhadap Frelimo, partai yang memerintah negara bagian Afrika bagian selatan itu sejak tahun 1975 dan dinyatakan sebagai pemenang pemilu bulan lalu dengan kemenangan telak.

Kelompok masyarakat sipil dan pengamat internasional mengatakan pemungutan suara tersebut tidak memenuhi standar demokrasi. Dewan Konstitusi negara tersebut telah meminta klarifikasi dari komisi pemilihan mengenai perbedaan dalam penghitungan suara.

“Dari 66 korban luka, 57 kemungkinan akibat senjata api, empat akibat terjatuh, tiga luka akibat agresi fisik, dan dua luka akibat senjata tajam,” kata Dino Lopes, direktur layanan darurat dewasa di Rumah Sakit Pusat Maputo dilansir Reuters, Jumat, 8 November.

Sebagian besar korban berusia antara 25 dan 35 tahun, dan sebagian lainnya berusia 15 tahun.

Ribuan orang turun ke jalan di ibu kota Maputo pada Kamis sambil meneriakkan “Frelimo harus jatuh”, membarikade jalan dengan ban yang terbakar dan melemparkan batu.

Wartawan Reuters melihat petugas polisi menembakkan senjata ke arah kerumunan.

Polisi Mozambik pernah dituduh oleh kelompok hak asasi manusia menggunakan peluru tajam terhadap pengunjuk rasa politik di masa lalu.

Menteri Dalam Negeri membela tanggapan polisi terhadap demonstrasi baru-baru ini, dengan mengatakan hal itu perlu untuk memulihkan ketertiban umum.