Bagikan:

JAKARTA - Siapa tak tahu Australia? Bagaimana WNA Australia dan Pandangan Terhadap Indonesia? Relasi antara kedua negara ini sebenarnya memiliki sejarah yang panjang. Dalam perjalanannya, kedekatan antara Indonesia dan Australia tak terlepas dari perselisihan.

Saat terjadinya perlawanan antara Indonesia dan Malaysia, Australia ikut campur dengan berpihak terhadap Malaysia. Militer Australia yang saat itu mendukung Malaysia, terlibat pertempuran dengan militer Indonesia di Borneo (Kalimantan).

Masa Pemerintahan Orde Baru di Indonesia yakni suatu masa berkembangnya relasi antara Indonesia dengan Australia. Tapi, saat terjadi pemisahan Timor Timur (kini Timor Leste) dari Indonesia pada 1999, hubungan kembali memanas.

Indonesia menganggap bahwa lepasnya Timor Timur saat itu pengaruh dari ikut campur Australia. Kala ini, relasi kedua negara juga sedikit terganggu pengaruh dari sikap beberapa kongres Australia yang mengizinkan masuknya pelarian dari gerakan Organisasi Papua Merdeka (OPM) ke kawasan Australia.

Kemudian, kabar mengenai pencari suaka dan penyadapan yang dikerjakan oleh intelejen Australia kepada biro-biro hukum di Indonesia, dan sikap abstain Australia kepada informasi itu, membuat Indonesia mulai mempertanyakan hubungan sahabat atau lawan dengan Australia.

WNA Australia dan Pandangan Terhadap Indonesia

Maddy Anggap Bali Rumah Sendiri

Maddison Bree atau disapa Maddy merupakan perempuan Australia yang semenjak kecil sudah tinggal dan menimba ilmu di Bali. Dia mencintai tradisi dan fasih berbahasa Indonesia serta daerahnya.

“Bali itu sudah rumah sendiri. Jadi cinta yang ada untuk Bali dan Indonesia sangat besar,” ujar Maddy.

Tanggapan Isobel Bain saat tinggal di Bali saat COVID-19

Disaat Konsulat Jenderal Australia di Bali telah mendesak warga negaranya untuk meninggalkan Indonesia, sembari memperingatkan sistem kesehatan yang tidak mampu menangani pandemi COVID-19.

Dalam video yang diposting di akun Facebook resmi milik Kedutaan Besar Australia untuk Indonesia, pada Jumat (03/04), warga Australia diimbau untuk mempertimbangkan kepulangan ke negara asalnya.

Sementara itu warga negara Australia Isobel Bain yang ketika tinggal di Bali mengatakan, kondisi sesungguhnya telah jauh lebih normal dibandingkan dua bulan lalu. Sedangkan dia masih saja memperhatikan banyak warga di Bali yang tak mempraktikkan tata tertib jaga jarak dengan bagus. Dia menyebut di permulaan bulan April, masih banyak orang-orang yang belum menjaga jarak dua meter antara satu sama lain dan yang tak memakai masker.

‘‘Saya tidak melihat adanya pembatasan untuk menangani virus corona pada waktu itu. Saya tidak berpikir negatif tentang Indonesia atau hal semacam itu namun itulah kenyataannya, di saat Australia cukup khawatir dan mulai menentukan keputusan-keputusan yang jelas,‘‘ ujar Bain kepada DW Indonesia.

Anak Muda Australia Rasakan Manfaat Dari Belajar Bahasa dan Budaya Indonesia

Selanjutnya WNA Australia dan Pandangan Terhadap Indonesia juga cukup baik dirasakan mereka apalagi kepada kaum mudanya yang pernah belajar bahasa dan budaya di Indonesia.

Seperti yang dirasakan Edwin Jurriens, dosen senior Bahasa Indonesia di University of Melbourne, yang sudah mengajarkan bahasa dan budaya Indonesia di perguruan tinggi Australia sejak 16 tahun yang lalu.

Edwin menilai pengetahuan bahasa dan kebudayaan secara umum sangatlah penting dimiliki oleh setiap orang. Namun, menurut pria yang pernah kuliah di Institut Seni Yogyakarta (ISI) tahun 1994, Bahasa Indonesia memiliki daya tarik tersendiri.

"Menurut saya, untuk menjadi warga global, kosmopolitan, memang Bahasa Indonesia adalah pilihan yang bagus karena negaranya sangat menarik, hidup, dan budayanya sangat beragam," katanya.

Apalagi, Edwin melihat warga Indonesia cenderung ramah dan sangat terbuka dalam menerima warga asing yang ingin mempelajari bahasa mereka.

"Orang Indonesia pada umumnya sangat terbuka, ramah, dan sangat menerima orang dari luar. Sebagai orang asing, yang menarik buat saya sendiri bahwa cerita [di Indonesia] juga sangat kaya," katanya.

Peter Whitford, Pemusik Australia Jatuh Cinta dengan Indonesia

Peter Whitford datang ke Indonesia di tahun 1970-an sebagai drummer dan berkeinginan akan menjadi kaya secara materi dari musik.

Tetapi sesudah tinggal lebih dari dua tahun di Indonesia, dia justru menerima banyak kekayaan jiwa dan pengalaman.

Berawal dari dirinya yang mengalami pengalaman pahit ketika paspornya ditahan saat datang ke Indonesia.

Saat itu sebenarnya kedatangan mereka ke Indonesia tidaklah resmi, karena mereka tidak memiliki izin kerja.

"Paspor kami juga ditahan dan kami sempat berurusan dengan pihak imigrasi atau polisi ketika harus manggung di kota lain," kata Peter mengenang keberadaan mereka.

Ketika saya kembali ke Australia dan belajar resmi di Universitas Melbourne mengenai bahasa Indonesia, saya disebut berbicara dengan bahasa pasaran," katanya sambil tertawa.

Hingga saat ini kecintaannya terhadap Indonesia masih dia miliki.

Selain WNA Australia dan Pandangan Terhadap Indonesia, ikuti berita dalam dan luar negeri lainnya hanya di VOI, Waktunya Merevolusi Pemberitaan!