Bagikan:

JAKARTA – Pengamat politik Unpad, Firman Manan menilai pasangan Dedi Mulyadi-Erwan Setiawan hampir tidak bisa dikalahkan berdasarkan hasil beberapa lembaga survei yang menunjukkan pertarungan Pilgub Jabar tidak lagi kompetitif.

Menurutnya, ada beberapa faktor yang membuat pasangan Dedi-Erwan dominan sejak awal hingga menjelang pencoblosan.

Pertama, limpahan coattail effect dari kemenangan Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka di Pilpres 2024.

Diusung mayoritas parpol Koalisi Indonesia Maju (KIM), Dedi-Erwan dianggap merepresentasikan Prabowo.

Kedua, kian populernya Dedi karena viralnya kasus Vina Cirebon. Jelang Pilgub Jabar, Dedi rutin muncul di siniar Youtube dan podcast untuk mewawancarai orang-orang yang terkait kasus Vina.

Dedi bahkan dihadirkan sebagai saksi dalam persidangan peninjauan kembali sejumlah terpidana kasus Vina.

“Ini problem untuk calon lain karena menurut saya kompetitornya baru terlihat di radar pertarungan di akhir,” ujar Firman, Minggu 3 November 2024.

Dia mengungkapkan, masih tingginya angka pemilih gamang atau swing voters di Pilgub Jabar, di kisaran 25 persen dianggap tidak akan berpengaruh terhadap laju mulus Dedi Mulyadi bersama Erwan Setiawan.

Meski demikian, memang tidak tertutup kemungkinan akan terjadi kejutan di tikungan akhir.

“Berkaca dari pengalaman, di Jabar itu membaca data survei harus berhati-hati. Pada Pilgub 2008 dan 2013, Ahmad Heryawan berada di bawah dari lawannya, namun berhasil keluar sebagai pemenang,” tambah Firman.

Rata-rata hasil survei Pilgub Jabar 2024 menunjukkan pasangan Dedi Mulyadi-Erwan Setiawan tak mampu disaingi pasangan kandidat lainnya dengan elektabilitas di atas 60 persen.

Hasil survei Volvox Center Research and Consulting yang dirilis Jumat 25 Oktober lalu menunjukkan elektabilitas Dedi-Erwan mencapai 61,8 persen. Pesaing terdekat mereka, Ahmad Syaikhu-Ilham Akbar Habibie (Syaikhu-Ilham) hanya mampu mengoleksi 18,6 persen.

Dua pasangan lainnya, Acep Adang Ruhiyat-Gita Dwi dan Jeje Wiradinata-Ronal Suraparadja masing-masing mengantongi 7,4 persen dan 5,6 persen.

Dua pekan sebelumnya, survei Indikator Politik Indonesia menunjukkan dominasi Dedi Mulyadi-Erwan Setiawan dengan elektabilitas sebesar 75,7 persen disusul Syaikhu-Ilham 13,8 persen, sementara elektabilitas dua pasang kandidat lainnya kurang dari 5 persen.