JAKARTA - Paslon nomor urut 2 Dharma Pongrekun-Kun Wardana sampai tiga kali bilang kata jijik dalam debat kedua Pilkada Jakarta, Minggu, 27 Oktober. Hal ini disampikan Dharma Pongrekun menanggapi penjelasan Ridwan Kamil mengenai penanganan COVID-19 di Jawa Barat.
Ridwan Kamil awalnya menjelaskan saat menjabat sebagai Gubernur Jawa Barat, dirinya mengalami ujian yang cukup berat karena anggaran yang disiapkan harus di-refocusing untuk penanganan bantuan sosial, kemanusiaan mengahadapi COVID-19.
"Saya mengalami ujian sebagai pemimpin, yang anggarannya harus di-refocusing yang tadinya infrastruktur kami geser untuk kemanusiaan untuk bansos untuk hajat hidup dan lain sebagainya. Dan selama kekurangan dana seperti itu kami mendapatkan penghargaan dari UNDP sebagai provinsi terbaik penanganan COVID se- Asia Pasifik," kata Ridwan Kamil dalam debat.
Pembawa acara kemudian mempersilakan Dharma Pongrekun untuk merespons atau menanggapi pernyataan dari pasangan nomor urut 1 ini. Tanpa diduga-duga, Dharma Pongrekun mengeluarkan kata jijik.
"Seandainya saya menjadi seorang gubernur, jijik saya kalau saya bodoh, jijik saya kalau saya pengecut, jijik saya kalau saya penghianat. Maksudnya apa, kalau ada sesuatu peristiwa yang demikian alangkah baiknya kalau kita mengambil, mengajak tim independen untuk meneliti data yang ada apakah betul-betul ini isu kesehatan atau agenda politik global," kata Dharma Pongrekun.
"Bayangkan baru ditemukan virusnya (COVID-19) bulan Desember, 12 hari kemudian sudah ditentukan tidak melakukan prosedur...Alat diagnosanya sangat sumir dan tidak diperuntukan untuk itu... itu adalah ciptaan dokter...Seharusnya sebagai pemimpin jangan berkhianat kepada rakyat," kata Dharma Pongrekun.
Menjawab COVID merupakan konspirasi global, Ridwan Kamil mejawabnya diplomats.
"Yang kan kita lagi bekerja, ada sebuah peristiwa besar yang ilmunya kita belum tahu. Seorang pemimpin jika kita tidak tahu kita bertanya, maka waktu di Jawa Barat saya ada tim ahli, tim alih kesehatan masyarakat dari Universitas Indonesia dari Universitas Padjadjaran,"
BACA JUGA:
"Kami tujuh Kali zoom meeting dengan seorang dokter Indonesia yang kerjanya di WHO untuk menyinkronkan apa yang menjadi data-data dan apa yang kami harapkan sebagai gubernur kami harus taat pada yang namanya pemerintah pusat dalam hal ini tentu sekarang kalau gubernur kita akan taat kepada bapak Prabowo Subianto," tambah Ridwan Kamil.