JAKARTA - Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) akan terus berupaya untuk mencapai standar amunisi bersama, kata Sekretaris Jenderal Mark Rutte pada Hari Rabu, yang bertujuan untuk menekan biaya dan meningkatkan kemudahan penggunaan di medan perang, mengambil pelajaran dari perang Rusia dengan Ukraina.
"Ini tidak mudah tetapi cukup penting," kata Rutte kepada wartawan di Brussels menjelang pertemuan dua hari para menteri pertahanan aliansi Kamis dan Jumat besok, dilansir dari Reuters 17 Oktober.
Sekjen NATO menambahkan, produksi pertahanan perlu ditingkatkan lebih lanjut untuk memungkinkan pencegahan dan pertahanan NATO.
"Standarisasi akan membantu di sini, tentu saja, dalam situasi di mana negara-negara NATO harus benar-benar berperang, bahwa Anda tahu bahwa Anda benar-benar dapat dioperasikan dan bahwa standarnya ada," katanya.
Sementara itu, berbicara dengan syarat anonim, seorang pejabat senior NATO mengatakan amunisi yang menentukan pertempuran akan menjadi prioritas saat inisiatif baru dimulai, yang akan diikuti oleh peralatan lainnya.
Pejabat militer senior menyesalkan kemunduran NATO dalam hal standardisasi dalam beberapa dekade terakhir, mengaitkannya dengan pasar pertahanan yang telah menyusut drastis sejak berakhirnya Perang Dingin ketika negara-negara NATO menghabiskan 3 persen - 6 persen dari PDB untuk militer.
Negara-negara Barat telah berjuang keras untuk meningkatkan produksi amunisi yang menentukan pertempuran seperti peluru artileri karena Ukraina, yang terkadang menembakkan ribuan peluru sehari, telah menghabiskan persediaan jauh lebih cepat daripada yang dapat diproduksi oleh sekutu.
Meskipun ada standar NATO untuk amunisi artileri, penerapannya bersifat sukarela dan kurangnya kepatuhan telah memecah pasar dan menghambat aliran persediaan karena 14 negara NATO telah memiliki hak untuk menyimpang.
Peluru 155mm yang berbeda masih dapat digunakan di semua howitzer, tetapi operator perlu memasukkan spesifikasi peluru saat memasukkannya ke dalam senjata atau berisiko kehilangan target sejauh 50 atau 60 meter (160 hingga 196 kaki), menurut para ahli artileri.
Namun, tabel penembakan, dokumen yang dimaksudkan untuk menyediakan spesifikasi teknis, diabaikan dalam jangka waktu yang lama. NATO mengatakan bahwa mereka kini hampir menyelesaikan masalah tersebut.
"Tabel penembakan tersebut telah dibiarkan terbengkalai cukup lama. Kami hampir menyelesaikannya untuk pertama kalinya sejak Perang Dingin," kata pejabat tersebut, yang menyebutnya sebagai langkah maju yang penting menuju interoperabilitas yang lebih baik antara sekutu.
Di luar inisiatif Rutte, sekitar 10 negara sekutu, termasuk Inggris, Jerman dan Amerika Serikat, akan menandatangani surat pernyataan pada Hari Kamis untuk mendorong standarisasi amunisi artileri khususnya, kata pejabat NATO tersebut.