JAKARTA - Upaya untuk mencapai gencatan senjata di Lebanon semakin intens selama beberapa jam terakhir, menurut kantor Perdana Menteri sementara Lebanon Najib Mikati.
Kontak antara Amerika Serikat dan Prancis sedang berlangsung untuk menghidupkan kembali proposal gencatan senjata antara Hizbullah dan Israel.
Presiden AS Biden dan Presiden Prancis Emmanuel Macron mengusulkan gencatan senjata selama 21 hari selama Majelis Umum PBB bulan lalu.
Israel membunuh pemimpin Hizbullah Hassan Nasrallah tiga hari setelah usulan tersebut dan melancarkan serangan intensif terhadap kelompok tersebut, sehingga menggagalkan perundingan.
Netanyahu secara terbuka menolak gencatan senjata menjelang pembunuhan tersebut. Prospek gencatan senjata semakin berkurang setelah Iran, yang mendukung Hizbullah, menembakkan rentetan rudal ke Israel pekan lalu.
“Ada kontak yang terjadi antara Amerika Serikat dan Prancis dengan tujuan menghidupkan kembali deklarasi gencatan senjata untuk jangka waktu tertentu guna melanjutkan pencarian solusi politik,” kata kantor Mikati di X dilansir CNN, Kamis, 10 Oktober.
BACA JUGA:
Mikati mengatakan pemerintahnya siap menerapkan Resolusi 1701 Dewan Keamanan tahun 2006, yang menyerukan gencatan senjata permanen dan diakhirinya permusuhan antara Hizbullah dan Israel. Resolusi tersebut juga menetapkan bahwa pasukan Hizbullah harus mundur ke utara Sungai Litani di Lebanon, dan hanya militer Lebanon yang boleh memegang posisi di wilayah perbatasan.
Pejabat tinggi Hizbullah Naim Qassem mengatakan pada Selasa, kelompoknya mendukung upaya gencatan senjata yang dipelopori oleh sekutu Syiah di Lebanon.
Ini adalah pertama kalinya kelompok tersebut secara terbuka mendukung gencatan senjata dan tidak memberikan syarat untuk menghentikan perang di Gaza.