Bagikan:

JAKARTA - Mantan Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) menegaskan dirinya punya tanggung jawab untuk ikut memenangkan Pramono Anung dan Rano Karno di Pilgub Jakarta.

Hal ini diungkapkan Ahok mengingat dirinya merupakan Ketua Dewan Pimpinan Pusat (DPP) PDI Perjuangan (PDIP). Ahok mengaku bertanggung jawab untuk memberi arahan kepada Pramono-Rano menjadi calon pemimpin yang bisa bermanfaat bagi warga Jakarta.

"Saya kan DPP yang mendukung Mas Pram dan Bang Rano. Jadi, saya bertanggung jawab juga untuk kemenangan Mas Pram dan Bang Rano. Bukan juga bertanggung jawab untuk sekadar menang, tapi bagaimana Mas Pram dan Bang Rano orangnya bisa jadi gubernur dan wakil gubernur terbaik di masa di Jakarta," kata Ahok saat bertemu Pramono-Rano di Simpang Semanggi, Jakarta Pusat, Kamis, 19 September.

Menurut Ahok, jika nantinya terpilih sebagai Gubernur-Wakil Gubernur Jakarta, Pramono-Rano harus bisa memberikan warisan yang baik. Manfaat bonus demografi yang puncaknya terjadi pada 2030 harus bisa dipupuk oleh Pramono-Rano lewat kebijakan pemerintah.

"Nah, kita ingin sumber daya manusia semua dengan uang yang ada, dengan ide-ide yang ada, bagaimana pemda dengan swasta, dengan warga Jakarta, dengan pemerintah pusat bisa saling kerja sama. Ya, tentu kami berkewajiban calon dari PDIP tentu harus tinggalkan legasi yang baik," papar Ahok.

Ahok mengungkapkan alasan dirinya bertemu Pramono-Rano di kawasan Simpang Susun Semanggi. Ahok ingin menunjukkan bahwa Simpang Semanggi adalah dalah satu contoh pembangunan infrastruktur yang memberi nilai manfaat bagi masyarakat.

Jika bakal pasangan cagub-cawagub Jakarta usungan PDIP ini memenangkan Pilkada 2024, Ahok berharap Pramono-Rano bisa meneruskan pola pembangunan infrastruktur seperti yang ia lakukan pada Simpang Susun Semanggi.

"Jadi, saya kira inilah yang Mas Pram dan Bang Rano akan teruskan pola-pola kerja sama dengan swasta yang bisa menguntungkan seluruh stakeholder," ungkap Ahok.

Ahok menjelaskan, Simpang Susun Semanggi dibangun tanpa menggunakan APBD sepeser pun. Ahok membangun Simpang Susun Semanggi dengan dana kewajiban koefisien lantai bangunan (KLB) perusahaan asal Jepang, Mori Building Company.

"Saya bilang ini bukan CSR (corporate social responsibility). banyak orang berpikir ini bangunnya CSR, bukan. Ini kewajiban dari perusahaan Jepang. Ini ada kajian dari timnya Universitas Tarumanegara. Jadi kebijakan yang kita bikin itu adalah menguntungkan semua pihak," pungkasnya.