Bagikan:

JAKARTA - Kremlin mengatakan pada Hari Senin, kaitan Ukraina dengan tersangka penembak dalam upaya penembakan terhadap mantan Presiden Amerika Serikat Donald Trump menunjukkan, "bermain api" memiliki konsekuensi.

Pernyataan itu jelas merujuk pada dukungan Amerika Serikat terhadap Ukraina terhadap Rusia. Washington telah mengirim puluhan miliar dolar AS bantuan militer ke Kyiv dalam upaya membantu pasukan Ukraina mengalahkan Rusia.

Ketika ditanya tentang apa yang disebut FBI sebagai upaya pembunuhan terhadap Trump, juru bicara Kremlin Dmitry Peskov mengatakan:

"Bukan kami yang seharusnya berpikir, melainkan badan intelijen AS yang seharusnya berpikir. Bagaimanapun, bermain api memiliki konsekuensinya," kata Peskov, dilansir dari Reuters 17 September.

Ketika ditanya apakah upaya pembunuhan itu berisiko mengganggu stabilitas Amerika Serikat, Peskov mengatakan itu bukan urusan Rusia, meskipun Rusia memantau situasi.

"Kami melihat betapa tegangnya situasi di sana, termasuk antara pesaing politik," kata Peskov.

"Perjuangan politik meningkat, dan berbagai metode sedang digunakan," sambungnya.

Diberitakan sebelumnya, Trump selamat setelah menjadi sasaran dari apa yang menurut FBI "tampaknya merupakan percobaan pembunuhan" di klub golf miliknya di West Palm Beach, Florida, pada Hari Minggu waktu setempat.

Agen Secret Service AS yang ditempatkan beberapa lubang dari tempat Trump bermain melihat moncong senapan jenis AK mencuat dari semak-semak yang berjejer di sepanjang lapangan, sekitar 400 yard jauhnya.

Seorang agen melepaskan tembakan dan pria bersenjata itu menjatuhkan senapannya dan melarikan diri dengan sebuah SUV, meninggalkan senjata api tersebut bersama dengan dua ransel, teropong yang digunakan untuk membidik, dan kamera GoPro, kata Sheriff Palm Beach County Ric Bradshaw. Belakangan, pria itu berhasil ditangkap pihak keamanan.

CNN, Fox News dan New York Times mengidentifikasi tersangka sebagai Ryan Wesley Routh (58) dari Hawaii, mengutip keterangan pejabat penegak hukum yang tidak disebutkan namanya.

Tiga akun media sosial yang mencantumkan nama Routh menunjukkan, ia adalah pendukung setia Ukraina dalam perang melawan Rusia.

New York Times melaporkan telah mewawancarai Routh pada tahun 2023 untuk sebuah artikel tentang warga Amerika yang menjadi sukarelawan untuk membantu upaya perang Ukraina.

Routh mengatakan kepada Times, ia telah melakukan perjalanan ke Ukraina dan menghabiskan beberapa bulan di sana pada tahun 2022, mencoba merekrut tentara Afghanistan yang melarikan diri dari Taliban untuk berperang di Ukraina.

Trump sendiri beberapa kali disebut akan menghentikan bantuan militer untuk Ukraina, jika ia memenangi pemilihan pada Bulan November mendatang.

Terbaru, dalam sebuah kampanye di Detroit Bulan Junu lalu, Trump mengkritik Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy, menyebutnya sebagai "penjual terbesar sepanjang masa" atas dorongan Kyiv untuk mendapatkan dukungan AS dalam upayanya untuk mempertahankan Ukraina dari agresi Rusia lebih dari tiga tahun setelah invasi habis-habisan Moskow.

"Dia baru saja pergi empat hari yang lalu dengan 60 miliar dolar AS, dan dia pulang, dan dia mengumumkan bahwa dia membutuhkan 60 miliar dolar AS lagi. Ini tidak pernah berakhir," kata Trump, dikutip dari Politico.

"Saya akan menyelesaikannya sebelum menduduki Gedung Putih sebagai presiden terpilih," tambah Trump.