Bagikan:

JAKARTA - Blokade Israel yang diterapkan di Jalur Gaza sejak konflik terbaru pecah di wilayah kantong Palestina Oktober tahun lalu, membuat warga di sana tak hanya kesulitan memenuhi kebutuhan pokoknya, namun juga kekurangan bahan bakar.

Israel memblokir masuknya hampir semua bahan bakar ke Gaza. Alasannya, untuk mencegah penggunaannya oleh kelompok militan Palestina Hamas.

Kondisi itu membuat warga Palestina di wilayah utara yang hancur tersebut beralih menggunakan sampah plastik untuk membuat bahan bakar mereka sendiri.

"Kami berjalan jauh untuk mengumpulkan plastik dan membawanya dari gedung dan menara yang runtuh. Terkadang saya takut pengintaian (oleh militer Israel) dan saya takut puing-puing jatuh menimpa saya saat saya berjalan," kata Mostafa Mosleh (16) sambil memegang barang-barang yang telah diambilnya selama 13 jam putaran hariannya, melansir Reuters 13 September.

Kerabatnya, Mahmoud Mosleh, memilah barang-barang itu bersama pekerja lain, memotongnya menjadi bagian-bagian yang lebih kecil, lalu membakarnya dalam oven darurat yang dipasang di antara sisa-sisa bangunan.

"Saya punya ide, dan syukurlah, kami berhasil dengan bantuan Tuhan untuk mengubah plastik menjadi bensin dan bahan bakar," kata warga Gaza berusia 35 tahun yang mengungsi itu.

"Kami beralih ke pekerjaan ini karena kekurangan produk minyak bumi yang akut," tandasnya.

Warga Palestina lainnya, seperti pengemudi berusia 53 tahun Farid Gomaa, menuju Beit Lahia di bagian utara jalur tersebut untuk mendapatkan sebagian bahan bakar yang dihasilkan dari pembakaran plastik, menghadapi bentrokan antara militan Hamas dan pasukan Israel serta serangan udara Israel yang meluas.

"Kami datang ke sini di tengah bahaya dan kami menempuh perjalanan jauh untuk mendapatkan satu liter bahan bakar, yang lebih murah daripada di tempat lain," jelasnya.

Proses pembakaran plastik penuh dengan tantangan, dan pembakaran merupakan risiko selain pemboman. Tetapi, setelah 11 bulan perang, warga Gaza melakukannya dengan tabah.

"Kami berjalan dengan perlindungan Tuhan," kata Mahmoud.

Pekan ini, Masyarakat Bulan Sabit Merah Palestina (PRCS) mengatakan wilayah Gaza dan utara menghadapi kekurangan pasokan bahan bakar yang parah yang dibutuhkan untuk mengoperasikan ambulans, klinik medis darurat dan layanan bantuan, di tengah kekhawatiran akan penutupan total, dikutip dari WAFA.

PRCS menegaskan dalam sebuah pernyataan, "tim masyarakat di dua wilayah tersebut telah menderita kekurangan pasokan bahan bakar yang parah selama hampir tiga minggu, mengingat penolakan pendudukan yang terus-menerus untuk mengizinkan bahan bakar dalam jumlah yang cukup untuk masuk ke penyedia layanan kesehatan di Gaza dan Gaza utara."