Bagikan:

JAKARTA - Pernyataan Donald Trump menimbulkan ketakutan. Warga dari Haiti, Vilbrun Dorsainvil mengatakan ketakutannya setelah seseorang mencoba untuk menculiknya. Dia melarikan diri dari negaranya setelah menyebutkan keselematan dan komunitasnya terancam di Amerika Serikat.

"Sebelumnya, saya tidak takut. Namun sekarang, saya bisa bilang saya takut. Sekarang, saya takut akan terjadi penembakan massal terhadap kami. Itu akan mengerikan.” kata Dorsainvil kepada AlJazeera dan dilansir VOI, Senin, 16 September.

Ketakutan Dorsainvil bermula ketika mantan Presiden Donald Trump mengulangi klaim yang sudah dibantah tentang migran di kota kecil. Kota kecil ini sekitar 72 km (45 mil) di sebelah barat Columbus, ibu kota negara bagian tersebut. Trump menyebut “Springfield” tiga kali.

"Di Springfield, mereka memakan anjing, orang-orang yang datang, mereka memakan kucing," kata Donald Trump, yang merupakan calon presiden Amerika Serikat dari Partai Republik. "Mereka memakan, mereka memakan hewan peliharaan orang-orang yang tinggal di sana." tambahnya.

Pembawa acara dari media ABC David Muir memeriksa fakta Trump di atas panggung. Pejabat kota telah membantah klaim tersebut. "Tidak ada laporan yang kredibel atau klaim khusus tentang hewan peliharaan yang disakiti, dilukai, atau disiksa oleh individu dalam komunitas imigran," kata Wali Kota Springfield Rob Rue dalam rapat komisi kota beberapa jam sebelum debat.

Dilansir dari AlJazeera, Gubernur Republik Ohio, tempat Springfield berada, juga membantah klaim bahwa warga Haiti memakan hewan peliharaan. "Saya pikir kita harus mempercayai pernyataan manajer kota dan wali kota bahwa mereka tidak menemukan bukti kredibel tentang cerita warga Haiti yang memakan hewan peliharaan," kata Mike DeWine seperti dikutip oleh situs berita ABC.

Tidak ada koreksi yang dapat menghentikan kekacauan di dunia nyata yang terjadi setelahnya. Pada tanggal 12 September, Balai Kota Springfield ditutup setelah ancaman bom "dikirim ke beberapa kantor dan media." Rue mengatakan kepada The Washington Post bahwa ancaman tersebut "menggunakan bahasa yang penuh kebencian terhadap imigran dan warga Haiti di komunitas kami".tandasnya.