Bagikan:

TANJUNGPINANG - Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin menekankan bahwa puskesmas wajib melakukan skrining kesehatan guna mengetahui faktor risiko penyakit, khususnya stroke dan jantung.

Kasus penyakit stroke dan jantung di Indonesia sangat tinggi, di mana pasien meninggal akibat stroke mencapai 300 ribu orang per tahun dan jantung 250 ribu orang per tahun. Sedangkan data pada saat COVID-19, pasien meninggal stroke akibat mencapai 900 ribu orang per tahun dan jantung 750 ribu orang per tahun.

"Oleh karena itu, penting dilakukan skrining kesehatan guna membantu mencegah penyakit dengan mendeteksi kondisi kesehatan sebelum muncul gejala," kata Menkes Budi saat berkunjung ke RSUD Raja Ahmad Tabib (RAT) Provinsi Kepulauan Riau (Kepri) di Kota Tanjungpinang, Antara, Minggu, 15 September. 

Menkes menyebut hingga bulan Juli 2024 sudah ada sekitar 60 juta penduduk Indonesia yang melakukan skrining kesehatan berdasarkan by name by address.

"Melalui skrining kesehatan bisa diketahui jumlah orang dewasa dengan kondisi darah tinggi, gula, maupun kolesterol," ujarnya.

Dia menyampaikan bahwa saat ini seluruh puskesmas di Indonesia, termasuk di Kepri sedang dalam proses menerima bantuan peralatan hematologi analyzer dari Kemenkes. Alat itu berfungsi untuk mengukur sampel berupa darah.

Selain itu, kata dia puskesmas juga mendapatkan bantuan alat elektrokardiogram (EKG) dan ultrasonografi (USG).

"Bantuan peralatan kesehatan itu menyasar 10.000 puskesmas se-Indonesia dan ditargetkan selesai pada tahun 2027," kata Menkes Budi.

Ia menambahkan, puskesmas juga mendapatkan bantuan obat-obatan untuk diberikan secara gratis kepada pasien, seperti amlodiphine untuk darah tinggi, metformin untuk gula darah, dan statin untuk kolesterol.

Dengan demikian, lanjutnya, ke depan diharapkan jumlah pasien penyakit stroke dan jantung yang dirujuk ke rumah sakit semakin berkurang, sebab biasanya pasien yang dibawa ke rumah sakit sudah dalam kondisi stadium akhir atau parah.

"Jenis penyakit ini memerlukan proses waktu yang lama, bukan tiba-tiba terjadi. Makanya kita juga punya waktu yang panjang untuk menyehatkan masyarakat melalui deteksi dini di puskesmas," ujar Menkes Budi.