Bagikan:

BOGOR - Perusahaan Umum Badan Urusan Logistik (Bulog) bekerja sama 12 peneliti di bawah PT BLST IPB University  dalam merumuskan pertanian cerdas iklim komoditas padi di Indonesia yang disebut Asta Citha Padi.

Kerja sama ini untuk mempertahankan dan meningkatkan produksi padi dalam menghadapi perubahan iklim global yang akan berdampak pada stok beras.

Direktur Supply Chain dan Pelayanan Publik Perum Bulog Mukhamad Suyamto menyampaikan bahwa untuk mempertahankan pasokan beras yang menjadi kewajiban Bulog setiap saat adalah 1,2 juta ton perlu kerja sama dengan peneliti hingga petani.

"Selama ini kami sudah mengupayakan berbagai cara meningkatkan produksi maupun menjaga stabilitas harga di petani dan di konsumen. Perumusan ini (peneliti IPB) akan berdampak pada produksi petani yang perlu kita tingkatkan," katanya dalam acara penandatanganan kerja Bulog dengan IPB di ICC Botani Square, Bogor, Jawa Barat, Selasa, 3 September.

Menurut Suyamto, perlu efektifitas benih padi unggul, permodalan petani dengan cara kemitraan dan pembinaan petani untuk mempertahankan produksi padi dan beras Indonesia, salah satunya melalui Asta Cetha Padi ke depan.

Pada prinsipnya, kata dia, Bulog ingin menjaga kualitas beras yang dipasok dari produsen, diperdagangkan hingga dikonsumsi konsumen.

"Karena kami juga bertugas untuk menjaga kualitas beras, bagaimana ketika di stok tetap berkualitas baik dan stoknya cukup dari produsen ke konsumen," jelasnya.

Rektor IPB University Profesor Arif Satria berpandangan bahwa rumusan padi cerdas iklim dalam menghadapi perubahan iklim sangat penting untuk mengurangi impor beras dan food lost beras yang mencapai 3-5 persen setelah panen.

Telah ada sembilan varietas padi IPB yang diluncurkan IPB mampu beradaptasi dengan perubahan iklim yakni IPB 3S, IPB 9G, IPB 10G, 1PB 11S, BEPE, IPB 12S, IPB 13S, IPB 14S dan IPB 15 S. Secara keseluruhan IPB sedang mengembangkan varietas padi hingga 13 varietas.

Dengan rumusan padi cerdas iklim melalui varietas unggul IPB memiliki karakter efektif dalam pemanfaatan air dan hemat penggunaan pupuk sampai 30 persen.

"Penerapan varietas unggul yang didukung rumusan Asta Citha Padi bisa menekan 2,5 ton food lost setiap panen dan akan meningkat 8 persen produksi. Ini akan mengurangi impor," jelasnya.

Dr Achmad Junaedi ketua tim perumus padi cerdas iklim IPB University memaparkan ada delapan komponen inovasi teknologi yang mendukung rumusan yaitu pengembangan varietas unggul, sistem pembenihan, sistem budidaya, manajemen hara, tata kelola air, mekanisme hulu hilir, PHT ramah lingkungan dan rantai pasok dan kampanye terpadu.

Sistem rumusan itu akan diwujudkan dengan platform teknologi budidaya padi cerdas iklim Indonesia.

"Kami punya panggilan untuk Asta Citha Padi yaitu H²E⁵I (Hei), ada dua harus, lima efisien dan satu integrasi. Dengan ini kita bisa mempertahankan dan meningkatkan produksi padi Indonesia untuk mengurangi ketergantungan impor," demikian Akhmad Junaedi.