Banyak Kunjungan ke Loji Gandrung, Mungkinkah Gibran ke DKI Jakarta Gantikan Anies Baswedan?
Wali Kota Solo Gibran Rakabuming Raka (Foto: Twitter @PEMKOT_SOLO)

Bagikan:

JAKARTA - Sejumlah petinggi partai politik bergiliran mendatangi Loji Gandrung, rumah dinas Wali Kota Solo Gibran Rakabuming Raka. Mulai dari Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Muhaimin Iskandar hingga Sekjen Partai Gerindra Ahmad Muzani menemui putra sulung Presiden Joko Widodo tersebut.

Mendatangi Loji Gandrung, Sekjen Partai Gerindra Ahmad Muzani membantah rombongannya hadir untuk memberikan dukukungan terhadap Gibran untuk maju di Pilgub DKI Jakarta. Alasannya, kontestasi ini masih jauh dan Gibran baru saja dilantik.

“Masih 2024. Beliau (Gibran, red) baru dilantik bulan Februari,” kata Muzani kepada wartawan usai melakukan pertemuan dengan Gibran, Minggu, 28 Maret.

Dia mengatakan, pertemuan ini hanya membahas soal kepemimpinan Gibran di Solo. Apalagi, partai besutan Prabowo Subianto ini adalah salah satu partai pengusungnya sebagai Wali Kota Solo.

“Kepentingan kita bahwa beliau haru menjadi wali kota yang berhasil, yang baggis, dan seterusnya. Sehingga Solo menjadi kota yang maju dan menjadi kota yang baik,” tegasnya.

Selain pertemuan Gibran dengan rombongan Partai Gerindra, sehari sebelumnya atau Sabtu, 27 Maret, dia juga melakukan pertemuan dengan Wakil Ketua Umum Partai Gelora Indonesia Fahri Hamzah. 

Usai melakukan pertemuan, Fahri mengatakan ada sejumlah hal yang didiskusikan termasuk mengenai pengelolaan tata kota serta hal lainnya, termasuk meminta Gibran mematangkan dirinya sebagai politisi. Selain itu, mantan Anggota DPR RI ini juga mengapresiasi kemenangan Gibran di Pilkada 2020 lalu.

“Beliau adalah salah satu wali kota yang paling muda di Indonesia sekarang, mewakili generasi baru memimpin sebuah kota yang sangat dikenal mengambil tagline ‘spirit of Java’. Bahkan menurut saya Solo juga merupakan jiwanya Bangsa Indonesia,” ungkapnya.

Saat disinggung soal kemungkinan Gibran bakal ditarik ke Partai Gelora, Fahri mengatakan hal ini tak masuk dalam pembahasan. Dia hanya menitipkan partainya dan ingin berpartisipasi membangun Kota Solo.

Pertemuan yang paling awal, dilakukan oleh Ketua Umum PKB Muhaimin Iskandar atau Cak Imin. Mendatangi Loji Gandrung pada Rabu, 24 Maret lalu, dia mengaku ingin bersilaturahmi sekaligus memberikan semangat pada putra sulung Presiden Jokowi tersebut.

Sementara terkait isu Gibran bakal maju sebagai Gubernur DKI Jakarta, Cak Imin mengatakan partai mendukung. Apalagi, jika kakak Kaesang Pangarep ini sukses di Kota Solo.

"Sukses dahulu di Solo, kemudian bisa ke mana pun. Insyaallah, Mas Gibran pemimpin masa depan yang sukses di Solo akan membawa kemajuan ke mana-mana. Pasti saya mendukung," katanya. 

Berbagai kunjungan para petinggi partai ini, ditanggapi santai oleh Gibran. Dari mulai sejak pertemuannya dengan PKB hingga Gerindra, Wali Kota Solo ini secara tegas menyatakan tak ada pembicaraan mengenai maju ke kursi DKI 1.

Bahkan, pada pertemuan dengan Ahmad Muzani dan rombongan Gerindra, Gibran mengaku dia hanya melaporkan perihal penanganan COVID-19 di Kota Solo.

"Ya ada beberapa, ya pokonya tadi saya laporkan kalau Solo vaksinasinya sudah dikebut, sudah zona hijau, anak-anak sudah siap sekolah. Ya ini mohon dukungannya aja," ungkapnya.

Melihat kunjungan para petinggi partai ini, Direktur Eksekutif Indonesia Political Review, Ujang Komarudin menilai hal ini menjadi indikasi jika putra sulung Jokowi ini memang tengah disiapkan untuk maju ke Pilgub DKI Jakarta. 

Ujang tak mau menjawab soal mungkinkah Gibran tergiur untuk mengikuti jejak ayahnya. Namun, menurut dia, kans Wali Kota Solo ini untuk maju di pemilihan gubernur ke depan cukup besar.

“Kans Gibran maju di Pilgub DKI Jakarta sangat besar. Peluangnya besar,” tegasnya saat dihubungi VOI.

Ada beberapa penyebab dan salah satunya adalah nama sang ayah, yaitu Presiden Jokowi. “Jadi sepertinya Gibran akan mengulang pola Jokowi. Dari Wali Kota Solo lalu menjadi calon gubernur,” kata Ujang.

Kalaupun Gibran maju sebagai calon gubernur, Ujang menilai, dia tak perlu khawatir akan mendapat citra negatif karena tiba-tiba melompat ke ibu kota. “Karena buktinya, Jokowi kan juga dulu loncat. Tapi dia menang, kan,” ujarnya.

Sementara Direktur Eksekutif Indonesia Political Opinion, Dedi Kurnia Syah justru menilai sebaliknya. Menggadang Gibran maju di Pilgub DKI Jakarta dianggap terlalu dini.

“Dia sama sekali belum terbukti punya prestasi kepemimpinan juga waktu kontestasi yang masih jauh ke depan,” tegasnya.

“Kalaupun ada parpol yang mencoba mengambil ceruk pemilih Gibran maupun Jokowi, jelas itu hanya untuk kepentingan politis dan pengujian respon publik, tidak benar-benar melihat kapasitas Gibran,” pungkas Dedi.