Bagikan:

JAKARTA - Ribuan warga sipil Palestina yang terlantar mulai mengungsi dari daerah mereka di timur Deir al-Balah di Jalur Gaza tengah setelah ada perintah evakuasi baru dari Israel, menurut saksi mata.

Wilayah tersebut sebelumnya ditetapkan sebagai “zona aman” bagi warga sipil, namun tentara Israel memerintahkan penduduk untuk meninggalkan daerah itu menjelang operasi militer baru yang akan dilakukan di sana.

Juru bicara militer Israel IDF Avichay Adraee mengatakan bahwa beberapa lingkungan di Deir al-Balah kini dianggap sebagai “zona pertempuran berbahaya,”.

Adraee meminta warga untuk bergerak ke arah barat sebelum serangan yang akan datang di daerah tersebut.

Peringatan ini memaksa ribuan warga sipil untuk mengungsi dengan berjalan kaki, membawa tas kecil dan beberapa barang kebutuhan dasar seperti selimut, alas tidur, dan sedikit makanan, menurut saksi mata.

Pekan lalu, Badan PBB untuk Pengungsi Palestina (UNRWA) mengatakan bahwa Israel telah mengurangi apa yang disebut "zona kemanusiaan" di Gaza menjadi hanya 11 persen dari wilayah tersebut, yang menyebabkan kepanikan dan ketakutan yang meluas di antara para pengungsi.

Menurut kantor media pemerintah Gaza, dua juta orang di Gaza mengungsi akibat serangan Israel yang terus berlanjut di wilayah tersebut.

Israel terus melakukan serangan brutal di Jalur Gaza setelah serangan Hamas pada 7 Oktober 2023, meskipun ada resolusi Dewan Keamanan PBB yang menyerukan gencatan senjata segera.

Dilansir ANTARA dari Anadolu, Rabu, 21 Agustus, serangan ini telah mengakibatkan lebih dari 40.200 kematian warga Palestina, sebagian besar adalah perempuan dan anak-anak, serta hampir 93.000 orang terluka, menurut otoritas kesehatan setempat.

Blokade Gaza yang terus berlangsung telah menyebabkan kekurangan makanan, air bersih, dan obat-obatan, sehingga sebagian besar wilayah tersebut hancur.

Israel menghadapi tuduhan genosida di Mahkamah Internasional, yang telah memerintahkan penghentian operasi militer di kota Rafah di bagian selatan, di mana lebih dari satu juta warga Palestina mencari perlindungan sebelum wilayah tersebut diserbu pada 6 Mei.