Bagikan:

JAKARTA - Presiden Rusia Vladimir Putin dan pemimpin Chechnya Ramzan Kadyrov pada Hari Selasa memeriksa pasukan dan relawan Chechnya yang bersiap untuk melawan Ukraina, kata Kremlin, dalam perjalanan pertama dalam 13 tahun ke Republik Chechnya.

Perjalanan yang sebelumnya tidak diumumkan ke republik yang sebagian besar Muslim yang merupakan bagian dari Rusia tersebut, dilakukan saat Moskow berjuang untuk mengusir pasukan Ukraina keluar dari wilayah Kursk, dua minggu setelah mereka menerobos perbatasan dalam invasi terbesar Rusia sejak Perang Dunia Kedua.

"Selama kami memiliki orang-orang seperti Anda, kami benar-benar, benar-benar tak terkalahkan," kata Presiden Putin kepada pasukan di Universitas Pasukan Khusus Rusia, sekolah pelatihan pelatihan di Gudermes, Chechnya, menurut transkrip di situs web Kremlin, melansir Reuters 21 Agustus.

"Menembak di lapangan tembak di sini adalah satu hal, dan mempertaruhkan nyawa dan kesehatan Anda adalah hal yang lain. Namun, Anda memiliki kebutuhan batin untuk membela Tanah Air dan keberanian untuk membuat keputusan seperti itu," kata Presiden Putin.

Pendudukan asing atas tanah Rusia telah mempermalukan Presiden Putin dan pasukannya, bahkan saat pasukan Rusia terus maju secara bertahap namun mantap di garis depan di Ukraina timur.

Kadyrov, yang dijatuhi sanksi oleh Amerika Serikat pada tahun 2020 dan tahun 2022 atas dugaan pelanggaran hak asasi manusia dan memobilisasi pasukan Chechnya untuk melawan Ukraina mengatakan kepada Presiden Putin pada pertemuan terpisah pada Hari Selasa, Chechnya telah mengirim lebih dari 47.000 tentara sejak dimulainya perang untuk melawan Ukraina, termasuk sekitar 19.000 sukarelawan.

Diketahui, Kadyrov sendiri sering menggambarkan dirinya sebagai "prajurit kaki" Putin.

Ketika ditanya oleh seorang jurnalis apakah "prajurit kaki Putin" seperti Kadyrov membenarkan kepercayaannya, Presiden Putin berkata "Jika saya memiliki lebih banyak prajurit kaki ini, saya akan sangat senang, tetapi bahkan satu prajurit kaki seperti itu sangat berharga," lapor kantor berita RIA.

Sebelum menuju Chechnya, Presiden Putin untuk pertama kalinya dalam setidaknya 16 tahun mengunjungi Kota Beslan di Ossetia Utara. Pengepungan sekolah tahun 2004 oleh militan di sana menewaskan lebih dari 330 orang dalam insiden paling berdarah dalam sejarah Rusia modern.

Di antara mereka yang tewas terdapat 136 anak-anak, kata Presiden Putin dalam sebuah pertemuan di Beslan dengan para ibu dari anak-anak yang tewas dalam serangan itu.

"Tragedi ini akan tetap menjadi luka yang belum sembuh dalam ingatan sejarah seluruh Rusia," kata Presiden Putin, menurut transkrip yang dipublikasikan di situs web Kremlin.

Namun, ia juga menambahkan, Rusia terus menghadapi musuh yang mencoba mengganggu stabilitas negara.

"Dan sama seperti kita memerangi teroris, hari ini kita harus memerangi mereka yang melakukan kejahatan di wilayah Kursk, di Donbas," kata Presiden Putin, mengacu pada serangan mendadak Ukraina ke wilayah Rusia dan wilayah Donbas yang lebih luas di tenggara Ukraina, yang sebagian dikuasai pasukan Rusia.

"Kami akan menghukum para penjahat. Tidak ada keraguan tentang ini," tegasnya.