Bagikan:

JAKARTA - Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri menyindir habis-habisan awak media mengenai produksi berita kontemporer. Menurut Megawati, berita yang ditulis oleh media tidak bisa dipertanggungjawabkan, jauh dari kode etik jurnalistik. 

Megawati menyebutkan, tulisan itu harusnya membuka hati nurani, membuat manusia menjadi terhormat. Banyak penulis yang dikagumi hingga saat ini karena karya-karyanya begitu berkesan di hati nurani manusia. 

Sayangnya, hal itu tidak terjadi sekarang."Tulisan itu bisa membuat hati nurani manusia menjadi terhormat atau menjadi apa? Pengkhianat! Ada yang namanya penulis-penulis begitu dikagumi karena tulisannya itu kemanusiaan, tapi ada juga provokator," tegas Megawati di DPP PDIP, Jakarta Pusat, Rabu, 14 Agustus. 

Megawati kemudian menyinggung kinerja wartawan yang tulisannya bukan lagi menyajikan fakta melainkan bersifat provokator dan tidak bisa dipertanggungjawabkan. 

"Tidak mempergunakan kode etik jurnalistik lagi! Ngerti? (Bertanya ke wartawan) Ngomong ngertinya aja begitu setengah hati. Enggak usah datang ke sini lagi mencari berita kalau kamu masih mau begitu tidak ada gunanya. Untuk apa membuat rakyat hanya sengsara apakah PDIP ini bukan bagian dari rakyat Indonesia?" jelas Megawati. 

Megawati tidak secara spesifik menyebut kasus atau berita-berita apa yang telah dibuat wartawan dan menyalahi kode etik jurnalistik. Ia juga meminta wartawan untuk menuliskan mengenai konstitusi. Misalnya pada kedudukan MPR yang bukan lagi menjadi lembaga tertinggi. 

Pada Raker PDIP yang lalu-lalu, Megawati sudah meminta agar partainya memperjuangkan menjadikan MPR menjadi lembaga tertinggi. Sehingga bila ada masalah dalam konstitusi, MPR inilah yang akan bersuara.

"Nah sekarang tersandra, karena DPR MPR DPD. Padahal anggota DPR itu juga MPR, DPD juga gitu. Bayangin padahal ini, kan kayak jadi dia (MPR) enggak bisa makanya dia harus saya naikan lagi," tegas Megawati. 

Di ujung pernyataan ini, Megawati kemudian meminta jurnalis menulis menganai konstitusi, termasuk menyinggung kinerja Persatuan Wartawan Indoneia (PWI).

 

"Coba dong kamu (wartawan) juga pikirin itu, urusan konstitusi. Bikin lah kamu dulu. Masih ada enggak sih yang namanya PWI itu? Hah? Lha terus apa kerjanya? Ayo wartawan bisa ngomong enggak apa kerjanya itu PWI, Persatuan Wartawan Indonesia? Dulu aktif banget, dulu nah," kata Megawati.