Bagikan:

JAKARTA - Rusia mulai menggunakan drone baru yang murah dalam serangan jarak jauhnya di Ukraina, untuk mencoba mengidentifikasi pertahanan udara, memfilmkan kerusakan apa pun, dan bertindak sebagai umpan, kata seorang pejabat mata-mata militer Ukraina.

Dua jenis drone baru, yang digunakan Rusia dalam lima serangan drone dalam dua hingga tiga minggu terakhir termasuk serangan pada Kamis, 25 Juli, diproduksi dari bahan seperti plastik busa dan kayu lapis, kata pejabat tersebut kepada Reuters.

Salah satu drone bertugas membawa kamera dan kartu SIM ponsel Ukraina untuk mengirim gambar kembali ke militer Rusia.

“Mereka mengidentifikasi di mana kelompok bergerak kami berada, di mana letak senapan mesin yang dapat menghancurkan mereka. Mereka mencoba untuk mendapatkan gambaran di mana seluruh pertahanan udara kami berada,” kata Andriy Cherniak, juru bicara badan mata-mata militer dilansir Jumat, 26 Juli.

Rincian Cherniak yang sebelumnya tidak dilaporkan adalah bukti lebih lanjut Rusia berupaya menyesuaikan taktiknya dan mencoba teknologi baru untuk mendapatkan keunggulan dalam serangan rudal dan drone hariannya terhadap kota-kota dan infrastruktur Ukraina.

Drone serang Shahed rancangan Iran, yang terbang menuju sasarannya dan meledak saat terjadi benturan, telah menjadi andalan serangan udara Rusia sejak drone tersebut mulai digunakan pada tahun pertama invasi skala penuh Rusia yang diluncurkan pada Februari 2022.

Ukraina yang meminta negara-negara Barat untuk menyediakan lebih banyak pertahanan udara, berusaha keras untuk menyembunyikan lokasi sistem pertahanan udaranya.

Drone baru Rusia yang dilengkapi kamera tidak membawa bahan peledak tetapi sangat mirip dengan drone Shahed biasa dan terbang bersama kelompoknya, kata Cherniak.

Drone jenis baru kedua tidak mengandung bahan peledak atau hanya berukuran kecil dan digunakan sebagai umpan, tambah Cherniak.

Karena hampir tidak dapat dibedakan dari drone penyerang darat biasa, drone tersebut masih perlu ditembak jatuh, sehingga dapat mengungkap di mana sistem pertahanan udara Ukraina berada.

Dia mengatakan drone baru ini mungkin berharga hanya 10.000 dollar AS atau setara Rp162 juta.

Drone juga dapat terbang pada ketinggian 1.000 meter (3.000 kaki), sehingga membuatnya berada di luar jangkauan senapan mesin dan senapan otomatis.

Invasi Rusia ke Ukraina menjadi ajang uji coba teknologi perang drone, dan kedua belah pihak menggunakan drone serang dan pengintaian secara ekstensif di medan perang. Kyiv telah menyalurkan energinya ke dalam produksi drone dalam negeri untuk mempersempit kesenjangan antara kemampuan serangannya dan Moskow, dengan melancarkan serangan drone jarak jauh terhadap sasaran-sasaran Rusia termasuk kilang minyak.

Rusia mengatakan serangan udara jarak jauhnya digunakan untuk melemahkan Ukraina secara militer. Ukraina mengatakan serangan Rusia menghantam bangunan sipil dan menyebabkan kerusakan serius pada fasilitas energi sipil dan hilangnya nyawa warga sipil.

Pasukan Rusia menduduki sekitar 18 perseen  wilayah Ukraina dan membuat kemajuan tambahan di wilayah timur dalam beberapa bulan terakhir, menempatkan Kyiv dalam posisi yang tidak menguntungkan di garis depan sepanjang 1.000 km (600 mil).