JAKARTA - Meninggalnya seorang dokter spesialis ortopedi dan traumatologi RSUD Sulawesi Barat (Sulbar), dr. Helmiyadi Kuswardhana menjadi sorotan Komisi IX DPR. Mereka mendorong Pemerintah untuk melahirkan lebih banyak dokter spesialis di Indonesia.
"Saya turut berduka cita atas meninggalnya dr. Helmiyadi yang menjadi andalan warga Sulawesi Barat. Saya harap ini menjadi evaluasi bagi Pemerintah untuk meningkatkan penciptaan dokter spesialis,” kata Anggota Komisi IX DPR Arzeti Bilbina, Selasa 23 Juli.
Sebelum meninggal, dr. Helmi yang juga dikenal sebagai content creator kesehatan itu, melakukan operasi 10 kali dalam satu hari di dua rumah sakit. Hal tersebut harus dilakukan karena dokter yang terbilang masih muda itu merupakan satu-satunya dokter spesialis tulang di Sulbar.
Menurut data dari Konsil Kedokteran Indonesia (KKI), Sulawesi Barat sendiri masuk ke dalam top 5 terbawah provinsi yang kekurangan dokter spesialis. Selain Sulawesi Barat, ada juga Maluku Utara, Kalimantan Utara, dan Papua.
“Mendengar kabar bahwa almarhum harus melakukan operasi 10 kali dalam satu hari, itu cukup memilukan. Seperti ini-lah potret kualitas dan kuantitas pelayanan kesehatan kita, terutama di daerah,” tuturnya.
Indonesia diketahui menghadapi tantangan signifikan dalam kekurangan dokter spesialis. Berdasarkan informasi, 266 dari 415 Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) di kabupaten/kota belum memiliki spesialisasi dasar yang mencukupi seperti spesialis anak, obgyn, bedah, penyakit dalam, anestesi, radiologi, dan patologi klinis.
Banyak rumah sakit di daerah tidak memiliki dokter spesialis yang lengkap, salah satunya karena sebagian besar dokter spesialis terkonsentrasi di kota-kota besar yang menyebabkan distribusi tidak merata dan kekurangan dokter spesialis di banyak daerah.
Arzeti mengatakan, kasus dr. Helmi menjadi salah satu contohnya.
“Ini semakin mengindikasikan bahwa Indonesia menghadapi tantangan yang signifikan dalam hal kekurangan dokter spesialis,” ungkap Arzeti.
BACA JUGA:
Lebih lanjut, Arzeti mengatakan penyebaran dokter yang tidak merata juga menjadi permasalahan kesehatan Indonesia. Dari 59.422 dokter spesialis yang terintegrasi di Indonesia menurut data Konsil Kedokteran Indonesia (KKI), hanya ada 11 dokter spesialis yang bertugas di Sulawesi Barat.
Jumlah tersebut pun sudah mencakup seluruh dokter dari 46 kelompok spesialisasi, mulai dari spesialis anak (Sp.A), spesialis bedah (Sp.B), sampai kelompok spesialis kedokteran gigi seperti ortodonti (Sp.Ort) dan odontologi forensik (Sp.OF).
“Dan ini terjadi juga di daerah-daerah lain. Kondisi tersebut sangat meresahkan karena dengan kurangnya dokter, pelayanan kesehatan kepada masyarakat pastinya juga tidak akan maksimal,” tukas Arzeti.
“Masalah kurangnya dokter spesialis sudah sering menjadi pembahasan kami di Komisi IX DPR dengan Menkes. Ini menjadi PR kita bersama agar bagaimana kekurangan dokter spesialis bisa segera teratasi,” lanjut Legislator dari Dapil Jawa Timur I itu.
Berdasarkan informasi, dr. Helmiyadi meninggal dunia usai terkena serangan jantung. Sosok dr. Helmiyadi sendiri dikenal sering mengedukasi masyarakat melalui konten media sosialnya tentang penyakit sendi atau tulang.
Konten-konten yang dibuat dr. Helmi mendapat respons positif dari masyarakat. Hal itu terlihat dari jumlah followers atau pengikut di Instagramnyanmencapai 523 ribu dan TikTok mencapai 1,2 juta pengikut.
Arzeti pun memuji upaya dokter-dokter yang kerap memberikan edukasi kepada masyarakat dengan memanfaatkan media sosial, atau melalui sarana lainnya.
“Saat ini banyak dokter yang terpanggil melakukan pelayanan kesehatan kepada masyarakat di luar ruang-ruang kontrol atau rumah sakit,” ujarnya.
“Saya berharap semakin lebih banyak lagi dokter yang bersedia memberi edukasi kesehatan lewat media sosial yang mudah diakses masyarakat dan jangkauannya sangat luas,” sambung Arzeti.
Di sisi lain, Arzeti meminta Pemerintah segera menerbitkan rencana induk kesehatan nasional paling lambat pada Agustus 2024 seperti yang telah ditargetkan.
“Karena itu dapat menjadi pedoman Pemerintah serta pihak wasta untuk mendorong pembangunan sektor kesehatan, termasuk pendidikan dokter spesialis,” imbaunya.