Bagikan:

JAKARTA - Dokter Spesialis Ortopedi dan Traumatologi Konsultan Tulang Belakang Eka Hospital BSD, dr. Asrafi Rizki Gatam, Sp.OT (K) Spine memberikan wawasan tentang Hernia Nukleus Pulposus (HNP) atau biasa disebut dengan saraf terjepit.

Ia menjelaskan, sarat terjepit merupakan sebuah kondisi ketika tulang belakang menerima tekanan berlebih sehingga menyebabkan bantalan yang terletak diantara tulang belakang mengalami kerusakan.

"Banyak yang memiliki salah kaprah terkait saraf terjepit dengan low back pain, dimana low back pain atau nyeri pinggang bawah memiliki penyebab yang lebih luas, seperti cedera otot atau fraktur tulang," ujar dr. Asrafi, dalam keterangan yang diterima, Jumat 22 Desember.

Menurutnya, saraf terjepit terjadi ketika bantalan tulang belakang keluar dari posisi aslinya, memberikan tekanan pada saraf di sekitarnya dan menyebabkan nyeri yang berlangsung lama.

Meskipun bisa terjadi pada berbagai bagian tulang, umumnya paling sering terjadi di tulang punggung bagian bawah. Lokasi saraf terjepit dapat menyebabkan nyeri, mati rasa, kelemahan, atau kelumpuhan pada kaki.

"Ciri khas penyakit saraf terjepit melibatkan nyeri yang menjalar dari leher hingga tangan, disertai sensasi seperti kebas, kesemutan, terbakar, dan kesetrum yang terus-menerus dan tidak hilang dalam jangka waktu yang panjang," jelas dr. Asrafi.

Secara umum, ada beberapa faktor yang bisa meningkatkan risiko seseorang untuk terkena saraf terjepit. Seperti usia, semakin tua usia seseorang maka semakin tinggi juga risiko seseorang untuk terkena saraf terjepit.

Kemudian, berat badan juga bisa meningkatkan risiko seseorang untuk mengalami saraf terjepit. Riwayat saraf terjepit atau riwayat keluarga pernah mengalami saraf terjepit.

Saraf kejepit memang biasanya menyerang orang–orang yang memiliki risiko tinggi, salah satunya yaitu para pekerja. Beberapa pekerjaan seperti kuli bangunan, pengantar galon air, hingga pekerja pabrik dan logistik memiliki rutinitas yang membuat mereka terbiasa untuk sering mengangkat beban berat.

Tanpa disadari hal ini menjadi salah satu risiko yang dapat menyebabkan orang mengalami low back pain dan saraf terjepit.

Namun meski begitu, ini bukan berarti saraf terjepit hanya terjadi pada pekerja lapangan, pekerja kantoran juga memiliki risiko tersendiri yang dapat menyebabkan mereka bisa mengalami low back pain dan saraf terjepit.

Pekerja kantoran menghabiskan sebagian waktunya duduk di kursi, dimana ini bisa menaruh lebih banyak kompresi pada tulang belakang dibandingkan pada saat berdiri.

Risiko tersebut bisa saja meningkat jika pekerja tersebut juga memiliki risiko-risiko yang lain seperti usia lanjut atau memiliki berat badan berlebih. Ini mengapa saraf terjepit hingga saat ini menjadi salah satu gangguan tulang belakang yang cukup umum terjadi terutama di kalangan para pekerja.

"Sekitar 70-80 persen kasus saraf terjepit terjadi akibat dari kelemahan otot, yang dimana ini terjadi karena seseorang jarang melatih ototnya dengan berolahraga," ujarnya.

Bantalan tulang belakang dapat menopang tulang belakang dengan baik, tetapi ketika menerima kompresi berlebih, otot membantu menahannya agar tetap dalam posisi. Lemahnya otot seseorang meningkatkan risiko saraf terjepit.

Penanganan low back pain dapat dilakukan konservatif atau operatif. Kasus ringan dapat diatasi dengan obat pereda nyeri dan fisioterapi untuk pemulihan yang lebih cepat.

Kemajuan metode dan teknologi telah mempermudah penanganan masalah tulang belakang, termasuk saraf terjepit, melalui endoskopi tulang belakang. Prosedur minimal invasif ini menggunakan selang kecil dengan kamera dan lampu sorot untuk inspeksi tubuh tanpa pembedahan besar.

Kelebihan endoskopi tulang belakang melibatkan penggunaan obat bius lokal, risiko komplikasi rendah, durasi tindakan cepat, dan pemulihan yang lebih cepat. Berbagai jenis endoskopi, seperti BESS dan PELD, dipilih oleh dokter sesuai kebutuhan pasien.

Pada kasus lebih berat, Robotic Navigation Spine Surgery digunakan. Metode ini, menggunakan teknologi robot, memiliki tingkat akurasi dan keberhasilan tinggi. Dokter spesialis tertentu dapat mengoperasikan teknologi ini.

Kelebihan Robotic Navigation Spine Surgery termasuk tingkat akurasi penempatan implan mencapai 99,9 persen, tingkat keberhasilan mencapai 100 persen, pemendekan waktu operasi, dan risiko infeksi yang lebih rendah. Metode ini juga efektif untuk berbagai masalah tulang belakang, seperti skoliosis hingga tumor tulang.

"Berbagai opsi pengobatan masalah tulang belakang tersedia saat ini dan dokter spesialis ortopedi dapat membantu pasien memilih metode yang tepat untuk mengatasi penyebab low back pain," pungkasnya.