Bagikan:

JAKARTA - Komisi VIII DPR mengkritik lima pemuda Nahdlatul Ulama (NU) yang bertemu Presiden Israel, Isaac Herzog. Keputusan lima warga Nahdliyin itu dinilai tak elok bahkan melukai perasaan masyarakat di tengah kondisi militer Israel yang masih terus menggempur Palestina.

“Saya tidak tahu apa tujuan mereka berlima pergi ke Israel. Tetapi pertemuan mereka dengan Presiden Israel menurut saya tidaklah elok,” ujar Anggota Komisi VIII DPR Fraksi PKB, Luqman Hakim, Selasa, 16 Juli. 

“Pertemuan itu juga berpotensi melukai perasaan masyarakat luas yang meyakini kemerdekaan adalah hak segala bangsa, termasuk hak bangsa Palestina,” sambungnya.

Menurut kader GP Ansor itu, lima pemuda NU tersebut tidak seharusnya menunjukkan dukungan terhadap Israel. Apalagi posisi Indonesia sebagai negara yang sudah sangat jelas membela Palestina.

“Saya sendiri tentu kecewa dengan peristiwa ini. Saya sudah berkali menyampaikan agar bangsa Indonesia meningkatkan dukungan kepada perjuangan kemerdekaan Palestina dengan menginisiasi pendekatan dukungan militer bersama negara-negara lain di dunia,” tegas Luqman.

Legislator PKB itu mengingatkan, serangan Israel kepada Palestina tak lagi hanya sekadar penjajahan semata. Dia menyebut, apa yang dilakukan militer Israel kepada warga Palestina di Jalur Gaza sudah melebihi dari penjajahan.

“Sudah pada level genosida yang bertujuan memusnahkan bangsa Palestina dari muka bumi, dengan membunuh kaum perempuan dan anak-anak. Israel telah melakukan kejahatan kemanusiaan yang harus segera dihentikan oleh masyarakat Internasional,” kata Legislator dari Dapil Jawa Tengah VI itu.

“Maka penting sekali kita sebagai warga Indonesia menunjukkan solidaritas dan dukungan kemanusiaan untuk masyarakat Palestina. Tapi yang dilakukan mereka 5 warga NU itu justru menunjukkan kebalikannya,” sambung dia. 

Luqman menilai, pertemuan 5 pemuda Nahdliyin dengan Presiden Israel menjadi tidak tepat di tengah situasi sensitif di Gaza. Meskipun, kata dia, mungkin saja kedatangannya itu punya niat baik. 

“Pada akhirnya mereka justru membuat Indonesia menjadi tampak seolah-olah tidak bersolidaritas atas tragedi kemanusiaan yang dialami warga Palestina. Biar bagaimanapun mereka masih membawa atribut ke-Indonesiaan saat berada di luar negeri,” ucapnya.

Luqman pun mendukung rencana PBNU yang akan memanggil 5 pemuda NU tersebut guna diminta penjelasan. Jika ada pelanggaran, kata dia, maka harus diberhentikan dari statusnya sebagai badan otonom (banom). 

“Karena menurut saya, pertemuan mereka dengan Presiden Israel sama sekali tidak ada manfaat bagi Palestina, bagi Indonesia dan bagi NU itu sendiri. Yang mereka peroleh hanyalah publisitas dan sensasi sesaat, yang celakanya menimbulkan luka bagi masyarakat luas,” pungkasnya.