Bagikan:

JAKARTA - Diketahui, selama bertahun-tahun negeri ini menyokong pendanaan Israel terutama untuk kepentingan pertahanan. Berdasarkan data dari The Congressional Research Service (CRS) disebutkan komitmen anggaran rutin Amerika ke Israel senilai US$3,8 miliar setiap tahunnya. Komitmen disetujui Barack Obama sejak 2016 hingga 2028 atau total Rp55 triliun. Angka itu meningkat dari masa George Bush, sebesar total US$30 miliar untuk satu dekade.

Dana bantuan itu digelontorkan dalam bentuk bantuan militer. Dana itu dibelanjakan antara lain untuk pembelian pesawat tempur F 35 dan pesawat Pegasus dan peralatan persenjataan Israel berupa seperti rudal anti rudal (kubah besi ) yang dioperasikan untuk menangkal serangan roket.

Alasan Amerika kucurkan dana ke Israel ditujukan untuk memastikan Israel cukup aman untuk menempuh langkah-langkah yang diperlukan untuk mencapai perjanjian damai dengan Palestina. Juga Memastikan Israel dapat mempertahankan diri terhadap ancaman-ancaman di kawasan sesuai kebijakan luar negeri Amerika.

Namun dalih itu dipandang sebagian publik internasional dan dunia arab justru dana itu digunakan Israel untuk memerangi dan menindas warga Palestina yang menghendaki kemerdekaan.

Mengapa Amerika melakukan itu? Selama ini Israel dianggap mitra penting bagi Amerika hingga harus dipertahankan. Selain karena pertimbangan histori, dimana sejarah Perang Dingin (1947-1991) antara Amerika-Uni Soviet. Amerika menjadikan Israel sebagai basis pertahanan Amerika di Timur Tengah untuk membendung pengaruh Komunis saat itu (Uni Soviet) lebih meluas.

Untuk kondisi saat ini keberadaan Israel juga masih dianggap penting bagi Amerika. Israel menjadi pusat pertahanan Amerika di kawasan itu, meski Amerika juga meletakan kekuatan militernya di banyak tempat di Kawasan itu.

Juga untuk menjaga kepentingan ekonomi Amerika di kawasan itu. Kita tahu banyak entitas bisnis Amerika di wilayah itut. Selain kepentingan Amerika control terhadap pasokan sumber energi dan minyak dari Kawasan Timur Tengah. Seperti keberadaan ARAMCO perusahaan minyak patungan arab Amerika.

Timur Tengah adalah pasar penting barang dan jasa Amerika, khususnya perangkat keras militer. Institut Penelitian Perdamaian Internasional Stockholm menyebut bahwa 38% ekspor senjata AS ditujukan ke Timur Tengah. Seperti ke Arab Saudi, Qatar, Kuwait, termasuk Israel adalah penerima ekspor terbesar negara tersebut.

Karena nilai strategisnya Israel itu Amerika tetap memberikan dukungan. Meski banyak kritik dunia internasional atas hubungan itu. Kritik belakangan juga menguat di publik Amerika sendiri. Terutama pasca kejadian pembunuhan rakyat sipil oleh serangan yang lakukan tantara Israel bahkan dituding sebagai aksi genosida.

Sebuah jajak pendapat baru-baru ini menunjukkan, mayoritas warga AS tidak menyetujui tindakan Israel di Gaza. Diketahui, aksi Israel menggempur Gaza untuk menghabisi milisi Hamas telah memakan korban puluhan ribu warga Palestina dan menciptakan krisis kelaparan.

Jajak pendapat Gallup yang dirilis Maret Lalu, menemukan 55 persen responden tidak menyetujui tindakan militer Israel di Jalur Gaza, Di kalangan pemilih Partai Demokrat, persentasenya bahkan lebih tinggi, 75 persen responden memandang negatif tindakan Israel,

Kunjungan Benyamin Netanyahu ke Parlemen Amerika pada 24 Juli atas undangan Ketua parlemen AS di warnai aksi boikot separo anggota kongres dari partai Demokrat. Kunjungan Netanyahu juga diwarnai aksi unjuk rasa dan protes publik pendukung Palestina.

Pengamat Timur Tengah dari Universitas Indonesia Yon Machmudi menilai kunjungan Netanyahu ke kongres Amerika, untuk memastikan dukungan ke Amerika ke Israel masih seperti sedia kala. Kunjungan itu Netanyahu ingin mencari penegasan dukungan dua kandidat presiden Amerika kepada Israel .

Karena Netanyahu melihat akhir- akhir ini dukungan barat terutama AS makin redup. Indikasinya terlihat dari sikap AS yang abstain atas resolusi PBB atas desakan Gencatan senjata untuk konflik dan perang Israel- Palestina. Dimana sering kali Amerika memveto keputusan PBB soal masalah Israel. “Ini dibaca Netanyahu sebagai gelagat melemahnya dukungan Amerika kepada Israel,” ujar Yon, ditemui Voi di kediamannya Depok, Sabtu, 27 Juli.

Israel dan Amerika Serikat (Antara)
Israel dan Amerika Serikat (Antara)

Persoalan lain adanya konstelasi politik Amerika, dengan mundurnya Biden dan mengajukan Kamala Harris jadi penggantinya. Selama ini Biden dikenal menjadi sahabat Israel.Dengan perubahan itu Israel harus mencari penegasan sikap calon Kandidat Donald Trump dan Kamala Harris. Netanyahu ingin memperoleh kepastian dukungan mereka. Meski Biden telah meyakinkan Netanyahu siapapun presidennya Amerika tetap mendukung Israel.

Jika membaca gelagat dua kandidat ini, Trump meski menyatakan mendukung Israel. Dipandang memiliki dendam dengan Netanyahu karena Netanyahu telah mengucapkan Selamat pada terpilihnya Biden, di saat Trump masih mempersoalkan kemenangan Biden. Meski Israel telah ini coba memperbaiki hubungan itu. Sementara Kamala Harris selama ini terkenal keras kritiknya kepada Israel.

Dekade ini bisa dibilang menjadi masa yang sulit bagi Netanyahu. Selain perlu kepastian dukungan Amerika dan Negara -negara Eropa, akhir akhir ini Netanyahu juga menghadapi tekanan, dari dalam negeri Israel. Kritik kepemimpinan nya saat ini banyak muncul, bahkan desakan untuk mundur banyak disuarakan..

Berdasarkan hasil Jajak Pendapat diketahui Sebanyak 66 persen warga Israel dilaporkan ingin Netanyahu pensiun dari politik. Dua pertiga masyarakat Israel saat ini menginginkan Perdana Menteri Netanyahu meninggalkan politik dan tidak mencalonkan diri untuk masa jabatan baru.

Bahkan Menteri Israel Avigdor Lieberman sampai meramalkan bahwa negara Israel akan mengalami keruntuhan dan kehancuran jika masih dipimpin Netanyahu hingga 2026. Kritik yang bernada ancaman itu dilontarkan Avigdor merujuk kejadian serangan 7 Oktober ke Israel. Netanyahu dinilai gagal lindungi warga Israel.

Demonstrasi untuk Gaza
Demonstrasi untuk Gaza

Netanyahu juga dianggap hanya focus mempertahankan kekuasaanya tanpa mempedulikan Negara. Karenanya ia mendesak Netanyahu untuk digulingkan. Suara sumbang serupa mulai banyak di dalam negerinya tidak hanya dari warga sipil. Tapi juga dari kalangan koalisi partainya.

Disisi lain Pengadilan Kriminal Internasional (ICC) menyerukan perintah penangkapan kepada Netanyahu. Alasan sebagai penjahat perang terhadap kemanusian , karena perang di Gaza. Selain menguatnya kritik dari dalam negeri Netanyahu juga menghadapi tuduhan itu.

"Sehingga kedatangannya ke Amerika kemarin langsung ke bandara Amerika tanpa singgah ke bandara lain. Karena takut ditangkap karena jika memasuki wilayah negara lain. Terkait perintah pengadilan internasional yang menganggap Netanyahu sebagai penjahat perang" ujar Yon.

Deklarasi Beijing Menjadi Kunci Penyatuan Faksi Palestina

Menghadapi konflik Israel dan Palestina berbagai Lembaga mencoba berupaya mencari penyelesaian. PBB sering kali menawarkan penyelesaian tetap seringkali menghadapi veto Amerika yang seolah melindungi Israel. Sehingga Lembaga dunia itu seringkali gagal mengeksekusi keputusan.

Baru-baru China sebagai kekuatan dominasi dunia mulai berperan dengan mengumpulkan faksi faksi di Palestina untuk bersepakat.Hadir pihak Hamas maupun Fatah. Hingga terbentuk deklarasi bernama Deklarasi Beijing. Yang menyepakati pembentukan persatuan nasional Palestina, selama ini antara Hamas dan fatah terjadi permusuhan.

Hamas yang berkarakter keras revolusioner hingga dicap sebagai teroris. Sementara Fattah faksi yang lebih lunak dan bisa diajak kerjasama terutama kepada Israel dan Amerika. .

Bersatunya faksi-faksi di tubuh Palestina, juga berdampak bagi Israel. Palestina semakin kuat melakukan perlawanan kepada Israel. Juga Palestina makin dekat dengan kemerdekaannya yang selama ini coba dihalang halangi Israel dan negara pendukungnya.*

Deklarasi Beijing Menjadi Kunci Penyatuan Faksi Palestina

Menghadapi konflik Israel dan Palestina berbagai Lembaga mencoba berupaya mencari penyelesaian. PBB sering kali menawarkan penyelesaian tetap seringkali menghadapi veto Amerika yang seolah melindungi Israel. Sehingga Lembaga dunia itu seringkali gagal mengeksekusi keputusan.

Baru-baru China yang menjadi salah satu kekuatan dominasi mulai berperan dengan mengumpulkan faksi faksi di Palestina untuk bersepakat. Hadir di pihak Hamas maupun Fatah. Hingga terbentuk Deklarasi dengan nama Deklarasi Beijing. Yang menyepakati pembentukan persatuan nasional Palestina, selama ini antara Hamas dan fatah terjadi persaingan antar mereka.

Hamas yang berkarakter keras revolusioner hingga dicap sebagai teroris. Sementara Fattah faksi yang lebih lunak dan bisa diajak kerjasama terutama kepada Israel dan Amerika. Sebenarnya Fattah pernah bersifat revolusioner saat masih di bawah Yasser Arafat dengan PLO-nya. Kini mereka bisa diajak kerja sama dengan Israel.

Bersatunya faksi-faksi di tubuh Palestina, juga berdampak bagi Israel. Palestina semakin kuat melakukan perlawanan kepada Israel. Juga Palestina makin dekat dengan kemerdekaannya yang selama ini coba dihalang halangi Israel dan negara pendukungnya.

Mengatasi konflik antara Israel dan Palestina yang terus berlarut memang terus diupayakan berbagai. Namun jalan ini kerap menemui jalan karena ada salah satu pihak tidak sepakat.

Presiden Jokowi menyatakan mengecam Tindakan kekerasan dan peperangan terjadi di daerah konflik dan meminta segera dihentikan guna menghindari jatuhnya korban lebih banyak lagi.Ia berpendapat konflik dua negara bisa diselesaikan dengan parameter dan ketentuan telah disepakati oleh PBB

Sementara Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden justru berpendapat konflik Israel - Palestina bisa diselesaikan dengan solusi dua negara. atau two-state solution. Solusi dua negara adalah satu-satunya cara untuk menjamin keamanan jangka panjang bagi rakyat Israel dan Palestina. juga untuk memastikan warga Israel dan Palestina hidup dengan bebas dan martabat yang setara, ujarnya seperti diungkapkan melalui media sosialnya. Solusi ini sebenarnya sudah dicetuskan Komisi Peel pada 1937.

Kunjungan ke Israel Berbuah Kecaman

Lima kader Nahdlatul Ulama (NU) bertemu dengan Presiden Israel, Isaac Herzog. (Istimewa)
Lima kader Nahdlatul Ulama (NU) bertemu dengan Presiden Israel, Isaac Herzog. (Istimewa)
 

Lima tokoh muda Nahdlatul Ulama (NU) melakukan kunjungan ke Israel pada pekan lalu. Mereka bertemu Presiden Israel, Isaac Herzog. Kunjungan ini menimbulkan reaksi dari Pengurus Besar NU karena dianggap melukai hati umat Islam. Kelima pemuda itu Zainul Maarif, Munawir Aziz, Sukron Makmun, Nurul Bahrul Ulum, dan Izzah Annafisah Dania. Adalah dosen Unusia (Universitas Nahdlatul Ulama Indonesia), satu orang dari anggota Bahtsul Masail sekretaris PCI di Inggris, dua dari Pagar Nusa, dan dua orang dari Fatayat.

Menurut Sekretaris Jenderal PBNU, Saifullah Yusuf menyatakan kepergian pemuda itu tanpa persetujuan dan mandat dari PBNU. Pihaknya akan memanggil yang bersangkutan untuk meminta informasi tujuan, dan latar belakang dan siapa yang mengajak. Ketua Umum secara khusus akan memanggil badan/ Lembaga otonom dari pemuda itu. Jika nanti ditemukan pelanggaran pelanggaran nanti melalui rapat atau arahan Ketua PBNU menindak mereka.

Menurut penjelasan KH Syamsul Maarif, Ketua PWNU DKI Jakarta ini adalah jaringan kelompok pelajar di Luar Negri, yang memiliki hubungan pribadi. Kabarnya ada NJO yang memang agen Israel mereka memang punya kepentingan politik untuk membangun citra politik Israel. Menurut Samsul sering sekali mereka mendatangi organisasi atau tooh yangg punya nama besar, seperti NU. Menurutnya para pemuda ini menjadi korban karena ketidak pahaman, sehingga salah langkah dan dikatakan fatal, "Kami Minta maaf dan memintakan maaf mereka.". ujar Syamsul.

Sementara menurut Hikmahanto memang banyak upaya orang orang Israel melakukan pendekatan itu, untuk mendekati lembaga Lembaga tokoh atau orang2 yang punya pengaruh. Agar Israel mendapat legitimasi dari masyarakat Indonesia. Ini namanya upaya people to people, mendekati orang untuk datang ke Israel untuk melihat dan mendengarkan dari presiden Israel, agar mereka mendapatkan kesan Israel tidak seperti yang dibayangkan orang indo pada umumnya.

Memang juga ada orang yang diundang ke Israel ada yang tetap konsen ini menyampaikan pandangannya soal Israel.Pertanyaanya dalam situasi seperti ini, siapa mengeksploitasi siapa? Maka Hikmahanto mengatakan agar hati-hati jika ada undangan seperti ini, ujarnya.