JAKARTA - Pihak berwenang India memberhentikan enam pejabat polisi dan pemerintah atas tragedi desak-desakan hingga terinjak-injaknya peserta acara keagamaan yang menewaskan 121 orang pekan lalu di Uttar Pradesh. Mereka dianggap lalai dalam menangani acara yang menampilkan seorang pengkhotbah Hindu itu.
Temuan awal panel yang menyelidiki tragedi tersebut menyatakan penyelenggara acara tidak memenuhi persyaratan yang ditetapkan untuk pertemuan tersebut.
“Penyelenggara memperoleh izin untuk acara tersebut dengan menyembunyikan fakta,” kata pemerintah negara bagian Uttar Pradesh dilansir Reuters, Selasa, 9 Juli.
“Mereka tidak membuat pengaturan yang memadai dan lancar meskipun mengundang kerumunan orang yang tidak terduga, dan mereka juga tidak mematuhi persyaratan yang ditetapkan oleh pemerintah setempat,” imbuhnya.
Sebagai respons, A.P. Singh, pengacara pengkhotbah tersebut, membantah melakukan kesalahan yang dilakukan oleh penyelenggara.
Dia menegaskan pihaknya tidak menyembunyikan apa pun dari pihak berwenang, dan malah menyebut penyerbuan tersebut adalah bagian dari konspirasi “elemen anti-sosial” yang tidak dia identifikasi.
Polisi menangkap sembilan orang yang terlibat dalam pengorganisasian acara tersebut, kata Singh.
BACA JUGA:
Pemerintah mengatakan panel tersebut tidak mengesampingkan kemungkinan adanya konspirasi besar di balik kecelakaan itu, namun memerlukan penyelidikan lebih lanjut.
eorang pejabat senior distrik di Hathras, tempat kejadian, memberikan izin untuk acara tersebut tanpa memeriksa tempat tersebut.
Pejabat pemerintah setempat dan polisi tidak menanggapi peristiwa tersebut dengan serius dan tidak memberi tahu pejabat senior mengenai hal tersebut, kata pemerintah dalam pernyataannya.
“Mereka dianggap bertanggung jawab atas kelalaian dalam menjalankan tugas mereka,” tambahnya.
Tragedi acara keagamaan di Uttar Pradesh terjadi ketika para umat berlari mengejar mobil sang pengkhotbah, saling berdesakan hingga terainjak-injak untuk memohon berkah dan melihatnya lebih dekat.