PCR Negatif dari Jerman, 2 Wanita Ini Protes Jalani Karantina di Indonesia: Harga Hotel Mahal Sampai Tuduh Ada Bisnis COVID
Tangkap layar TikTok@diahayu

Bagikan:

JAKARTA - Pengakuan dua orang wanita yang menjalani karantina mandiri selepas pulang dari Jerman mendadak viral di TikTok. Lewat akun @diaheropa kedua wanita ini mencurahkan isi hati hingga membandingkan kondisi Indonesia dengan Jerman.

Ada tiga video yang diunggah dalam akun tersebut dengan durasi kurang lebih 45 detik. Keduanya masing-masing bertukar cerita mengenai perbedaan kondisi di Eropa dan Indonesia.

Mereka heran kenapa harus menjalani karantina di Indonesia sementara berdasarkan hasil Polymerase Chain Reaction (PCR) di Jerman telah dinyatakan negatif. Pemerintah, kata mereka, telah menawarkan untuk dikarantina di Wisma Atlet sebelumnya.

Namun karena simpang siur berita akhirnya keduanya memilih karantina di hotel. Saat video itu diunggah, mereka telah 6 hari menjalani karantina. 

"Kita lebih memilih (Karantina) mandiri karena saya orangnya penakut. Beritanya juga simpang siur, ada yang katanya di Wisma Atlet itu di positifkan (COVID) ada yang katakan di karantina mandiri itu nanti di negatifkan. Jadi aku ya, sangat khawatir jadi mandiri memilih ke hotel, sharing ke hotel," kata seorang wanita dalam video @diaheropa. 

TikTok@diaheropa

Di hari keeenam menjalani karantina, keduanya protes karena menguras kantong. Paling sedikit (sambil menunjukan nota pembayaran hotel) uang yang dikeluarkan Rp6,5 juta. Belum lagi ongkos PCR yang dilakukan sebanyak dua kali. 

Kondisi ini jelas berbeda dengan Eropa yang tidak mengharuskan warga dari luar negeri menjalani karantina. Asal, hasil PCR menunjukan negatif COVID-19.

"Saya ke Eropa 2019 gak ada yang namanya karantina. Saya cukup datang ke sana memperlihatkan saya negatif dan gak ada yang namanya biaya-biaya bisnos corona." 

Tiga video curhat di TikTok @diaheropa telah diunggah 5 hari lalu atau pada Sabtu, 14 Maret lalu. Pada Rabu, 17 Maret ini masing-masing video telah ditonton kurang lebih 8-10 ribu orang.