JAKARTA - Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Antonio Guterres mengaku sangat prihatin dengan meningkatnya ketegangan antara Israel dan Hizbullah Lebanon.
Pasukan penjaga perdamaian PBB berupaya menenangkan situasi dan mencegah kesalahan perhitungan.
“Satu tindakan gegabah – satu kesalahan perhitungan – dapat memicu bencana yang melampaui batas negara, dan sejujurnya, di luar imajinasi,” katanya kepada wartawan dilansir Reuters, Sabtu, 22 Juni.
“Mari kita perjelas, masyarakat di kawasan ini dan masyarakat dunia tidak mampu membiarkan Lebanon menjadi bagian dari Gaza.”
Hizbullah yang didukung Iran menembakkan roket ke Israel sebagai solidaritas dengan sekutunya di Palestina, Hamas, sejak perang Gaza meletus pada Oktober 2023.
Puluhan ribu warga Lebanon juga meninggalkan rumah mereka menyusul serangan Israel di Lebanon selatan.
Misi Iran untuk PBB mengatakan Hizbullah memiliki kemampuan untuk mempertahankan diri dan Lebanon melawan Israel, dan memperingatkan “mungkin waktunya untuk penghancuran diri rezim tidak sah ini telah tiba.”
BACA JUGA:
“Setiap keputusan yang tidak hati-hati oleh rezim pendudukan Israel untuk menyelamatkan diri dapat menjerumuskan kawasan ini ke dalam perang baru,” misi Iran di PBB dalam unggahan di X.
Pasukan penjaga perdamaian PBB UNIFIL, serta pengamat teknis tak bersenjata yang dikenal sebagai UNTSO, telah lama ditempatkan di Lebanon selatan untuk memantau permusuhan di sepanjang garis demarkasi antara Lebanon dan Israel, yang dikenal sebagai Garis Biru.
“Pasukan penjaga perdamaian PBB berada di lapangan berupaya meredakan ketegangan dan membantu mencegah kesalahan perhitungan,” kata Guterres.