Bagikan:

JAKARTA - Anggota Komisi IX DPR RI Irma Suryani Chaniago mengimbau masyarakat untuk menghindari bepergian ke Singapura untuk sementara waktu. Hal ini diungkapkan lantaran Kasus COVID-19 di Singapura mengalami lonjakan.

Sementara, di tengah penyebaran COVID-19 varian KP.1 dan KP.2 yang memicu lonjakan kasus di Singapura, tingkat penerbangan Indonesia ke negara tetangga tersebut masih tinggi..

“Tetap harus hindari berpergian ke Singapura,” kata Irma dalam keterangannya, Minggu, 26 Mei.

Hanya saja, Anggota Fraksi NasDem DPR RI ini menilai pemerintah belum perlu mengeluarkan kebijakan larangan pergi ke Singapura. Mengingat, Kemenkes menyatakan keganasan COVID-19 tidak seperti dulu.

“Insyaallah jika sudah divaksin tiga kali resiko terserang relatif rendah begitu juga dengan keganasannya,” ungkap Irma.

Di satu sisi, Irma juga meminta masyarakat agar tetap menerapkan protokol kesehatan standar, yaitu 3 M (mencuci tangan, menjaga jarak, memakai masker).

“Hanya saja untuk komorbit dan lansia memang tetap harus berhati hati jika di keramaian tetap dianjurkan 3M,” tegasnya.

Juru Bicara Kementerian Kesehatan Mohammad Syahril menyebut pemerintah Indonesia mewaspadai penyebaran COVID-19 varian KP.1 dan KP.2. Data resmi Kementerian Kesehatan Singapura yang menunjukkan ada peningkatan kasus COVID-19 dari 13.700 kasus selama periode 28 April sampai 4 Mei menjadi 25.900 kasus pada periode 5-11 Mei 2024.

Rata-rata kasus yang masuk rumah sakit di Singapura mengalami kenaikan dari 181 kasus pada minggu ke-18 menjadi 250 kasus pada minggu ke-19. Namun, rerata kasus yang masuk Unit Perawatan Intensif (ICU) harian tetap rendah, yaitu 3 kasus (minggu ke-19) dan 2 kasus (minggu ke-18).

Secara global, kata Syahril, subvarian JN.1 telah mendominasi di sebagian besar negara, yaitu 54,3 persen. Secara lokal, proporsi gabungan KP.1 dan KP.2 saat ini mencapai lebih dari dua pertiga kasus COVID-19 di Singapura.

Hingga 3 Mei 2024, ujarnya, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah mengklasifikasikan KP.2 sebagai Variant Under Monitoring (VUM). Kendati demikian, tidak ada indikasi bahwa varian KP.1 dan KP.2 lebih mudah menular atau menyebabkan keparahan dibandingkan varian COVID-19 lain.

Adapun varian KP yang terdeteksi di ASEAN tidak hanya bersirkulasi di Singapura, melainkan ada juga di Malaysia, Thailand dan Kamboja. Di Indonesia, varian KP belum ditemukan, katanya.

"Sampai Mei 2024, kasus COVID-19 yang beredar di Indonesia didominasi oleh subvarian Omicron JN.1.1, JN.1, dan JN.1.39. Kalau subvarian KP, belum ditemukan,” ujarnya.