Bagikan:

JAKARTA - Presiden Mahmoud Abbas menegaskan Palestina tidak akan membiarkan Israel mengusir penduduknya dari Gaza atau Tepi Barat, setelah berakhirnya agresi yang tengah berlangsung di wilayah kantong Palestina.

Dalam pidatonya di pertemuan khusus Forum Ekonomi Dunia di Riyadh, Arab Saudi Hari Minggu, Presiden Abbas menekankan Yordania dan Mesir dengan keras menolak perpindahan warga Palestina dari tanah air mereka ke wilayah mereka.

Presiden Abbas menegaskan, solusi politik harus dicapai untuk menyatukan Gaza dan Tepi Barat, termasuk Yerusalem, dalam negara Palestina merdeka melalui konferensi internasional.

Lebih jauh, Ia juga menegaskan kembali tuntutannya untuk segera dihentikannya agresi Israel di Gaza, serta mengizinkan masuknya seluruh makanan dan pasokan penting bagi warga sipil di seluruh wilayah.

"Palestina tidak akan pernah menerima pengungsian warga Palestina dari Gaza atau Tepi Barat, tanah air mereka, dan tidak akan membiarkan terulangnya tragedi tahun 1948 dan 1967," kata Presiden Abbas, melansir WAFA 28 April.

"Situasi di Gaza sangat disayangkan. Lebih dari 200 hari telah berlalu, di mana Israel memanfaatkan kesempatan untuk menyerang rakyat Palestina dengan dalih balas dendam terhadap Hamas, namun kenyataannya, mereka melakukan balas dendam terhadap seluruh penduduk Palestina," kata Presiden Abbas.

Presiden Abbas melanjutkan, Israel telah membunuh lebih dari 34.000 warga sipil, sebagian besar anak-anak, wanita dan orang tua. Serta melukai 75.000 orang, selain menghancurkan 75 persen bangunan, institusi, jalan, masjid dan universitas di Jalur Gaza.

Kementerian Kesehatan yang dikelola Hamas pada Hari Minggu mengumumkan, tentara Israel membunuh 66 warga Palestina dan melukai 138 lainnya selama 24 jam terakhir, menyebabkan total korban tewas menjadi 34.454 orang dan korban luka-luka mencapai 77.575 orang, sejak konflik Israel-Hamas pecah pada 7 Oktober 2023, dikutip dari Xinhua.

Presiden Abbas juga mendesak negara-negara yang belum mengakui Negara Palestina untuk segera mengakuinya, seperti yang mereka lakukan terhadap Israel, sebagai prasyarat untuk perundingan di masa depan dengan Israel mengenai perbatasan dan masalah lainnya.