JAKARTA - Para arkeologi bulan lalu mengatakan, mereka berhasil menemukan kuburan massal terbesar yang pernah digali di Eropa yang terletak di sebuah situs di Jerman selatan.
Sekitar 1.000 kerangka korban wabah sejauh ini telah ditemukan di kuburan massal di pusat Kota Nuremberg, yang diyakini para ahli mungkin berisi lebih dari 1.500 orang, menurut siaran pers yang diterbitkan.
Sisa-sisanya ditemukan selama survei arkeologi sebelum pembangunan bangunan tempat tinggal baru di kota itu.
Melanie Langbein dari Departemen Konservasi Warisan Nuremberg mengatakan, delapan lubang wabah telah diidentifikasi, masing-masing berisi beberapa ratus mayat.
"Orang-orang itu tidak dikebumikan di pemakaman biasa meskipun kami telah menetapkan kuburan wabah di Nuremberg," kata Langbein kepada CNN, seperti dikutip 25 April.
"Ini berarti banyaknya orang meninggal yang perlu dikuburkan dalam waktu singkat tanpa memperhatikan praktik pemakaman Kristen," sambungnya.
Oleh karena itu, lanjutnya, epidemi seperti wabah "sangat mungkin" menjadi penyebab terjadinya kuburan massal, menurut Langbein.
Nuremberg menderita wabah wabah kira-kira setiap 10 tahun sejak abad ke-14 dan seterusnya, katanya, sehingga sulit untuk mengetahui penanggalan sisa-sisa tersebut.
Para arkeolog menggunakan penanggalan radiokarbon untuk menentukan tanggal kuburan massal antara akhir tahun 1400-an dan awal 1600-an, menemukan pecahan tembikar dan koin yang berasal dari akhir kuburan massal tersebut di situs tersebut.
Mereka juga menemukan catatan dari tahun 1634 yang merinci wabah-wabah yang menewaskan lebih dari 15.000 orang pada tahun 1632-1633, yang menyatakan hampir 2.000 orang dimakamkan di dekat St. Sebastian Spital, lokasi penggalian saat ini, kata Langbein.
Bukti ini membuat tim menyimpulkan, kelompok sisa-sisa yang lebih tua kemungkinan berasal dari epidemi tahun 1632-1633.
Langbein mengatakan kepada CNN, epidemi pada tahun 1632-1633 lebih buruk daripada yang terjadi sebelumnya karena dampak Perang Tiga Puluh Tahun, serangkaian konflik yang dilakukan oleh berbagai negara Eropa dari tahun 1618 hingga 1648.
"Nuremberg dikepung oleh pasukan yang berbeda dan penduduknya hidup dalam kondisi yang sangat mengerikan," ujarnya.
Kuburan tersebut berisi 'sampel' yang mewakili masyarakat pada saat itu, kata para peneliti, sehingga memungkinkan mereka untuk memeriksa karakteristik populasi.
"Dengan alat statistik, kita dapat menelusuri ukuran dan demografi kota dengan alat yang sama seperti yang dapat dilakukan oleh tim sensus modern terhadap populasi saat ini," kata Decker, yang mencakup persentase anak-anak dan orang dewasa, perempuan dan laki-laki, serta kesehatan umum.
"Secara teknis kita bisa mengetahui berapa persentase yang kidal," tambahnya.
Langbein menambahkan, pekerjaan selanjutnya adalah menyelesaikan penggalian, serta pembersihan dan analisis material tulang.
Juga akan ada kolaborasi dengan lembaga-lembaga yang tertarik pada aspek-aspek tertentu dari temuan ini, termasuk menganalisis genom wabah dan menyelidiki telur parasit di dalam tanah, tambahnya.
"Kami juga merencanakan sebuah pameran, tapi ini akan memakan waktu, jadi musim gugur 2025 adalah waktu paling awal bagi kami untuk siap," tandas Langbein.
BACA JUGA:
Sementara itu, Julian Decker dari In Terra Veritas melakukan penggalian mengatakan, ia terkejut dengan penemuan tersebut.
"Tidak ada indikasi yang berasumsi ada kuburan di tanah ini," katanya, seraya menambahkan bahwa ketika sisa-sisa pertama ditemukan, dia mengira itu mungkin berasal dari serangan bom pada Perang Dunia II.
Decker sekarang yakin situs tersebut mungkin berisi lebih dari 1.500 mayat.
"Saya pribadi memperkirakan jumlahnya akan mencapai 2.000 atau bahkan lebih, menjadikannya kuburan massal terbesar di Eropa," katanya.