Bagikan:

JAKARTA - Pemerintahan Presiden Joe Biden menunda rencananya untuk melarang rokok mentol, langkah yang mencerminkan potensi reaksi politik dari pemilih kulit hitam pada tahun pemilu Amerika Serikat (AS).

Selama beberapa dekade, rokok mentol telah menjadi sasaran kelompok anti-rokok yang berargumentasi rokok tersebut berkontribusi terhadap beban kesehatan yang tidak proporsional pada komunitas kulit hitam dan berperan dalam memikat generasi muda untuk merokok.

Sekitar 81 persen orang dewasa berkulit hitam yang merokok dengan jenis mentol, dibandingkan dengan 34 persen orang dewasa berkulit putih, menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS.

Menteri Kesehatan AS Xavier Becerra mengatakan usulan larangan tersebut mendapat respons yang sangat besar termasuk dari gerakan hak-hak sipil dan peradilan pidana.

“Jelas bahwa masih ada lebih banyak pembicaraan yang harus dilakukan, dan hal itu akan memakan waktu jauh lebih lama,” katanya dalam pernyataan yang tampaknya mengisyaratkan perundingan tersebut tidak akan terselesaikan sebelum pemilihan presiden pada November 2024.

Nancy Brown, CEO American Heart Association, menyatakan kekecewaannya atas penundaan tersebut.

“Dua tahun penuh setelah mengeluarkan usulan peraturan yang didukung oleh bukti ilmiah yang luas – dan lebih dari satu dekade sejak FDA mulai memeriksa rokok mentol – pemerintah telah gagal mengambil tindakan tegas untuk menghapus produk-produk yang mematikan dan membuat ketagihan ini dari pasar.”

“Kami sangat yakin ada cara yang lebih efektif untuk mengalihkan perokok dewasa dari rokok secara permanen,” kata juru bicara Reynolds American, anak perusahaan British American Tobacco.