Bagikan:

JAKARTA - Menteri Pertahanan Amerika Serikat Lloyd Austin mengatakan terlalu banyak korban tewas warga di Jalur Gaza, namun ia juga mengakui belum memiliki adanya genosida di wilayah kantong Palestina itu, sejak konflik Hamas-Israel terbaru pecah di wilayah itu Oktober tahun lalu.

Kepala Pentagon juga menyarankan militer AS mematuhi standar yang lebih ketat, guna menghindari korban sipil seperti yang dilakukan dilakukan Israel.

“Kami tidak memiliki bukti adanya genosida,” kata Austin kepada Komite Angkatan Bersenjata Senat AS, melansir The National News 10 April.

Dia sebelumnya disela oleh pengunjuk rasa yang meneriakinya untuk "menghentikan genosida" dan mengakhiri pengiriman senjata ke Israel.

Elizabeth Warren, seorang senator Partai Demokrat yang progresif, bertanya kepada Austin apakah menurutnya serangan Israel terhadap Rafah, kota Gaza selatan di mana lebih dari satu juta orang mengungsi, akan menjadi sebuah "bencana".

"Terlalu banyak warga sipil yang terbunuh sebagai akibat dari operasi tempur (di bagian lain Gaza) dan (Israel) perlu mengeluarkan warga sipil dari wilayah pertempuran di sekitar Rafah," jelas Menhan Austin.

Otoritas kesehatan Gaza mengatakan lebih dari 33.200 orang telah tewas di daerah kantong tersebut dan hampir 76.000 orang terluka, sejak Israel menyatakan perang terhadap Hamas menyusul serangannya pada 7 Oktober yang menewaskan hampir 1.200 orang, menurut perhitungan Israel.

Warren sendiri merujuk pada laporan baru-baru ini oleh Majalah +972 yang berbasis di Israel dan media lain, yang menuduh pasukan Israel menunggu sampai tersangka militan berada di rumah bersama keluarga mereka sebelum mereka dibom.

Laporan +972 juga menyebutkan militer Israel menggunakan kecerdasan buatan untuk mengidentifikasi target serangan udara di Gaza, yang mengakibatkan pembunuhan massal warga sipil.

"Apakah Amerika akan secara sistematis memilih untuk melakukan serangan militer yang kemungkinan besar akan membunuh warga sipil, termasuk anak-anak?" tanya Warren.

"Sama sekali tidak. Justru sebaliknya. Kami secara rutin melakukan segala upaya untuk memastikan kami melakukan segala yang kami bisa untuk meminimalkan korban sipil," jawab Menhan Austin.

Sebelumnya, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengatakan pada Hari Senin, tanggal invasi Rafah telah ditetapkan, namun dia tidak mengatakan kapan hal itu akan terjadi.

AS sendiri meminta Israel untuk menghindari melancarkan serangan di Rafah, sampai rencana yang jelas untuk melindungi warga sipil telah ditetapkan.

Diketahui, enam bulan setelah serangan udara dan darat Israel di Gaza, daerah kantong Palestina yang hancur tersebut menghadapi kelaparan dan penyakit yang meluas, menyebabkan sebagian besar penduduknya kini kehilangan tempat tinggal.

Kelaparan massal di Gaza kemungkinan akan mempercepat kekerasan dan memastikan terjadinya konflik jangka panjang, kata Austin.

"Hal ini tidak harus terjadi. Kami harus terus melakukan segala yang kami bisa, dan kami melakukan ini, untuk mendorong Israel memberikan bantuan kemanusiaan," tambahnya.