Bagikan:

JAKARTA - Guru Besar dalam Bidang Sosiologi pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UGM, Suharko menilai merosotnya perolehan dukungan Ganjar Pranowo-Mahfud MD di lumbung suara akibat rencana tersistemastis.

Rencana yang dimaksud yakni tim pemenangan Prabowo-Gibran merancang Presiden Joko Widodo untuk turun ke bawah menemui rakyat.

"Jadi saya kira kenapa suara lumbung nomor 3 itu turun? Karena memang by design, tim pemenangan paslon 2 melalui Pak Jokowi itu memang intensif melakukan upaya-upaya turun ke masyarakat dan kemudian dia hadir, dia ingin menunjukkan bahwa presiden peduli bahwa rakyat bawah dan seterusnya," ujar Suharko di dalam persidangan Perselisian Hasil Pemilihan Umum (PHPU) di Mahkamah Konstitusi (MK), Selasa, 2 April.

Menurutnya, sosok Jokowi merupakan representasi dari petahana. Sebab, terlihat keberpihakannya kepada Prabowo Subianto dalam kontestasi Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024.

"Apalagi juga Prabowo Subianto adalah menteri pertahanannya. Jadi dalam hal ini saya melihat ketika Jokowi misalnya turun ke masyarakat, membagi-bagikan bansos ya, dalam persepsi publik saya kira adalah dia bagian dari pertahana," sebutnya

Dengan pembagian bansos itu, Suharko menilai hal yang wajar terjadi penurunan perolehan suara Ganjar-Mahfud di Jawa Tengah.

"Itu kan karena tindakan Pak Jokowi untuk turun ke masyarakat, membagi-bagikan bansos, tampil di hadapan rakyat, berinteraksi dengan rakyat," kata Suharko.

"Itu semuanya memperkuat ketokohan dari Pak Jokowi sebagai figur yang tadi saya sampaikan kan figur yang populis figur yang merakyat," imbuhnya.

Selain itu, dengan aksi pembagian bansos itupun mulai mempengaruhi warga untuk mendukung pasangan Prabowo-Gibran.

"Dan kemudian ketika dengan gerakan-gerakan atau mimik simbolik yang mengatakan dukunglah mungkin paslah nomor 2, Saya kira preferensi pemilih akan terpengaruh ke sana," kata Suharko.