Bagikan:

JAKARTA - Sebanyak 65 ton munisi kedaluwarsa berasal dari pengembalian dari satuan-satuan TNI yang sudah tak terpakai atau sisa latihan. Kemudian munisi kaliber kecil (MKK) dan munisi kaliber besar (MKB) dikumpulkan di Gudmurah.

"Dari satuan-satuan itu sudah terpakai dalam 10 tahun, dikumpulkan di Gudmurah di wilayah-wilayah," tegas Panglima TNI Jenderal Agus Subiyanto kepada wartawan, Minggu, 31 Desember.

Pascakejadian, TNI akan melakukan evaluasi ke depan dengan meningkatkan teknologi di ruang penyimpanan agar kejadian tersebut tidak terulang.

"Tentunya dengan kejadian ini kita akan mengevaluasi. Di dalam gudang itu tidak ada listrik, jadi memang steril tidak ada kelistrikan karena itu sangat sensitif," katanya.

Nantinya jika sisa munisi dikumpulkan, maka sistem pemeriksaan akan dipercepat dan segera di disposal. Tempat penyimpanan munisi sangat tertutup, rapat di bunker (bawah tanah).

"Memang antisipasi meledak itu sudah kita antisipasi, makanya kita buatnya di bunker bawa tanah dan dipake tanggul, sehingga aman kalau meledak," katanya.

Sebelumnya diberitakan, ledakan yang mengakibatkan kebakaran besar yang terjadi di Gudang Munisi Daerah (Gudmurah) Paldam Jaya di Kecamatan Gunung Putri, Kabupaten Bogor, disebutkan bahwa gudang berada di dalam tanah sehingga aman dari korban. Ledakan yang terjadi tersebut sebelumnya sudah diantisipasi oleh pihak TNI.

"Kami punya SOP penggundukannya itu di bawah tanah, jadi di bawah karena (munisi) labil, dan sewaktu-waktu bisa meledak. Itu SOP penyimpanan kita di bawah tanah. Kemudian ada tanggul dan jauh dari pemukiman masyarakat," kata Panglima TNI Jenderal Agus Subiyanto dalam keterangannya kepada wartawan, Minggu, 31 Maret.