Bagikan:

BOGOR - Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kota Bogor, Jawa Barat Atang Trisnanto mendorong pemerintah setempat memberi bantuan sembako, mukena, baju koko, uang tunai dan kebutuhan lain semacam "THR Lebaran" bagi 1.064 warga terdampak bencana tiga bulan terakhir ini sebagai pelipur lara jelang Idulfitri 1445 Hijriyah.

Atang menilai, bantuan semacam "THR Lebaran" bagi warga terdampak bencana yang harus mengungsi, ataupun masih berada di tempat tinggalnya dalam wilayah rawan bencana, kebutuhan mereka jelang hari raya Idulfitri ini perlu menjadi perhatian pemerintah, agar mereka tetap mendapat keceriaan di hari kemenangan.

"Esensinya Idul Fitri itu kemenangan melawan nafsu, meningkatkan empati, simpati kita terhadap sesama. Ramadan dan Idul Fitri yang masuk di bulan-bulan musim penghujan tahun ini, dengan cuaca ekstrem, ada ribuan warga kita terdampak bencana. Saya mendorong agar ada semacam "THR Lebaran" untuk mereka, untuk keceriaan mereka di hari raya," ujar Atang Kamis, 28 Maret.

Menurut data BPBD Kota Bogor dalam tiga bulan terakhir, dimulai dari Januari hingga Minggu kemarin terdapat 137 rumah terdampak bencana banjir, longsor, pohon tumbang, kebakaran atau rumah roboh karena rapuh.

Kondisi bangun mulai dari rusak ringan, rusak sedang dan rusak berat, dengan rincian pada Januari 52 rumah terdampak, Februari sebanyak 46 rumah terdampak dan data sementara Maret terdapat 39 rumah terdampak.

Dari 137 rumah rusak terdampak bencana tersebut terdapat 1.064 jiwa dari 324 kartu keluarga (KK) penghuninya harus mengungsi atau tetap tinggal dengan penuh risiko bencana susulan.

Atang berpandangan bahwa anggaran tanggap bencana pada biaya tak terduga (BTT) di musim penghuujan ini dapat disisihkan untuk memberi bantuan bagi warga terdampak, bukan hanya untuk keperluan evakuasi, kebutuhan mengungsi, tetapi juga menjaga semangat dan suasana kebatinan mereka jelang Idulfitri.

DPRD bersama Pemkot Bogor telah menyiapkan anggaran BTT hingga tiga kali lipat dari tahun 2019 pada anggaran belanja daerah 2024, dengan total nilai Rp98,5 miliar dari Rp30 miliar sebelumnya.

Atang menerangkan, dari anggaran BTT Dinas Perumkim dan Dinas PUPR bisa segera mengajukan segala kebutuhan perbaikan rumah, turap atau bangunan lain yang rusak.

Sementara, pemerintah melalui Dinas Sosial dapat menghitung, menyisihkan dan menggandeng pengusaha, PNS, dewan untuk memberi bantuan "THR Lebaran" kepada mereka yang terdammpak bencana.

"Tidak harus besar, tapi ada perhatian kita terhadap warga terdampak bencana di tengah rumahhnya rusak, kebutuhan meningkat, harga-harga naik. Ini betul-betul kemanusiaan dan kepeduliah pemerintaah dan empati sesama umat beragama," ungkapnya.

Pemerintah, kata Atang, dapat memverifikasi dan validasi kondisi mereka yang terdampak bencana selama tiga bulan terakhir jelang Ramadan dan Idul Fitri ini untuk menentukan berapa dan apa yang mungkin diberikan sebagai bantuan atauu "THR Lebaran".

Alternatif anggaran yang dapat digunakan untuk memberikan "THR Lebaran" warga terdampak dapat dialokasikan dari anggaran bantuan sosial, urunan PNS, dewan dan CSR atau tanggung jawab sosial dan lingkungan (TJSL) dari perusahaan.

"Saya kira ini momen pas memastikan bahwa pemerintah dan para wakil rakyat konsisten, tetap bekerja, responship kepada warga masyarakat hingga akhir jabatan yang tinggal hitungan bulan ini. Idul Fitri ini pasti berat bagi warga terdampak bencana, jangan biarkan mereka hanya menunggu belas kasih tetangga saja, pemerintah, dewan dan pengusaha mari summbangsih menyisihkan anggaran "THR Lebaran" untuk mereka," ajak Atang.

Dalam laporan BPBD Kota, tercatat, ada 28 titik bencana dengan korban meninggal tiga orang. Pertama, kejadian terjadi di Kampung Lebak Kantin, RT 002/007, Kelurahan Sempur, Kecamatan Bogor Tengah. Di mana, ada dua orang yang tertimbun longsor.

Kemudian, kejadian kedua terjadi di Kampung Pangkalan, RT 006/002, Kelurahan Cibuluh, Kecamatan Bogor Utara. Di mana, ada empat orang yang tertimpa reruntuhan bangunan akibat tanah longsor yang terjadi. Dari empat orang yang, tiga orang luka dan satu orang meninggal.

"Kami sangat prihatin dan ini menjadi sesuatu yang perlu disikapi dengan meningkatkan kewaspadaan terhadap kebencanaan, khususnya di masa cuaca pancaroba saat peralihan musim dimana intensitas hujan sangat tinggi dan terjadi secara tiba-tiba," kata Atang.

Sejauh ini, Atang menilai, Pemkot Kota Bogor cukup responsif terharap kejadian bencana. Namun, yang menjadi persoalan ke depan yakni bagaimana terus mengedukasi warga Kota Bogor agar masyarakat tinggal di daerah potensi bencana tinggi agar mau direlokasi ke tempat yang lebih aman.