JAKARTA - Capres Anies Baswedan menyambangi NasDem Tower, Gondangdia, Jakarta Pusat. Kedatangan Anies ini setelah kunjungan Prabowo Subianto.
Anies tiba di kantor DPP Partai NasDem ini sekitar pukul 17.48 WIB. Setibanya di lokasi, Anies hanya disambut Ketua DPP NasDem Sugeng Suparwoto. Saat memasuki gedung, Anies hanya melambaikan tangan tanpa menjelaskan maksud kedatangannya.
Kondisi berbeda terlihat bila dibandingkan dengan kedatangan Prabowo Subianto ke NasDem Tower beberapa jam sebelumnya.
Ketika tiba di NasDem Tower, Presiden terpilih Pemilu 2024 ini disambut langsung oleh Ketua Umum NasDem Surya Paloh. Bahkan, Surya sampai menggelar karpet merah sepanjang jalur kedatangan Prabowo menuju gedung.
Raut semringah pun mewarnai wajah Surya Paloh sejak Prabowo datang sampai meninggalkan di NasDem Tower. Usai pertemuan berlangsung, Surya mengaku kegiatan ini dilakukan untuk menjaga persahabatan yang mereka jalin sejak puluhan tahun lalu.
"Kunjungan ini adalah kunjungan silaturahmi, mengingat sebuah perjalanan panjang di antara hubungan personality dan personal kami berdua, silaturahmi 40 tahun. Jadi, hal yang amat sangat wajar ketika saya pribadi dan tentunya juga pak prabowo tetap menginginkan semangat persahabatan yang sudah dibina selama ini bisa terjaga baik," kata Surya di NasDem Tower, Jumat, 22 Maret.
BACA JUGA:
Dalam Pilpres 2024, NasDem mengusung Anies Baswedan dan Muhaimin Iskandar. Setelah KPU mengumumkan hasil perolehan suara, Surya Paloh menyatakan partainya menerima kemenangan Prabowo-Gibran.
"Partai Nasdem menyatakan menerima hasil pemilu tahun 2024 yang telah dilaksanakan pada tanggal 14 Februari 2024 yang lalu, baik pemilihan legislatif maupun pemilihan presiden dan wakil presiden," kata Surya di NasDem Tower, Gondangdia, Jakarta Pusat, Rabu, 20 Maret.
Surya pun mengucapkan selamat pada Prabowo-Gibran, capres-cawapres nomor urut 2 yang mendapat perolehan suara tertinggi dibanding kedua paslon lain.
Meski demikian, Surya menegaskan bahwa pelaksanaan Pemilu 2024 diwarnai banyak catatan dari berbagai pihak. Banyak kalangan aktivis dari berbagai kelompok masyarakat sipil hingga para guru besar sejumlah perguruan tinggi yang mengkritisi hingga memunculkan dugaan pemilu diwarnai kecurangan.
"Namun apapun itu, suka atau tidak suka, mau atau tidak mau, kita harus menerima," tegasnya.