JAKARTA - Kementerian Kesehatan menyatakan pandemi COVID 19 lalu menjadi pembelajaran bagi Indonesia dalam pembangunan infrastruktur kesehatan agar negara lebih siap menghadapi pandemi-pandemi lain di masa depan.
"Virus COVID 19 masih bermutasi, dan WHO sudah mengingatkan ada virus X yang belum diketahui tetapi dapat menyebabkan pandemi. Artinya, kita harus bersiap-siap," ujar Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik Kementerian Kesehatan Siti Nadia Tarmizi, dikutip VOI dari ANTARA, Minggu, 3 Maret.
Nadia memberikan respons tersebut terkait 3 tahun peringatan kasus COVID 19 pertama di Indonesia. Diketahui, kasus COVID 19 pertama di Indonesia pada Senin, 2 Maret 2020. Terdapat dua pasien, yaitu seorang perempuan berusia 64 tahun dan anaknya yang berusia 31 tahun.
Dia menjelaskan, saat ini COVID 19 masih ada, dan masih bermutasi pula. Akan tetapi, kata dia, jumlah kasus per harinya sudah semakin rendah, dan fatalitas akibat penyakit itu pun sangat turun.
Menurut Nadia, COVID 19 memberikan berbagai pelajaran berharga, seperti penyediaan alat kesehatan, vaksin, dan obatan-obatan secara domestik atau dalam negeri, yang dinilai membuat negara menjadi lebih mandiri. Hal itu, ujar dia, agar negara tidak bergantung pada pihak lain untuk ke depannya.
BACA JUGA:
Selain itu, dia mengatakan bahwa pelajaran lainnya yang dipetik Indonesia adalah penguatan riset dan surveilans guna deteksi dini virus baru di suatu daerah, serta penemuan anomali kesakitan dan kematian.
Melalui hal-hal tersebut, katanya, Indonesia pun menginisiasi sejumlah hal, baik di skala regional maupun global. Contohnya, realisasi vaksinasi COVID 19 sebagai program imunisasi nasional yang diperuntukkan pada kelompok rentan, seperti orang lanjut usia, orang dengan komorbiditas atau obesitas berat, ibu hamil, serta anak berusia di bawah 12 tahun yang punya gangguan imunitas (immunocompromised).
Dia melanjutkan, pada skala global, ada inisiatif berupa Pandemic Fund saat G20 dan Keketuaan ASEAN, yang diharapkan bakal bermanfaat untuk meningkatkan kewaspadaan, respons, serta penanganan pandemi di masa depan. Hal tersebut juga diharapkan untuk mendorong adanya kerja sama dalam bidang teknologi, seperti whole genome sequencing (WGS), berbagi informasi dan data, juga kolaborasi dalam pengembangan kapasitas antarnegara.