JAKARTA - Menteri Unifikasi Korea Selatan Kim Yung-ho mengatakan, pembongkaran monumen unifikasi yang dilakukan baru-baru ini oleh Korea Utara dapat menciptakan kekosongan ideologi atau kebingungan di kalangan elite.
Kim menilai langkah itu juga mendorong rezim Korea Utara untuk melakukan provokasi militer guna menciptakan stabilitas.
Pernyataan tersebut disampaikan Kim dengan mengacu pada pembongkaran yang dilakukan oleh Korea Utara baru-baru ini terhadap sebuah monumen, yang dibuat untuk menghormati upaya-upaya penyatuan kedua negara Korea oleh mendiang pemimpin Korea Utara, Kim Il-sung.
Pembongkaran dilakukan setelah pemimpin Korut saat ini Kim Jong-un menyebut Korea Selatan sebagai "musuh utama" dan bersumpah untuk tidak mengupayakan unifikasi antar-Korea.
Sementara itu, Menteri Unifikasi Korsel Kim menilai penghapusan monumen unifikasi yang dilakukan Korea Utara dapat menciptakan kekosongan ideologis atau kebingungan di kalangan elit, sehingga menyebabkan rezim Korut melakukan provokasi militer untuk menciptakan stabilitas.
“Ada kemungkinan besar bahwa penghapusan prestasi Kim Il-sung dan (ayahnya) Kim Jong-il yang merupakan basis kekuasaan turun-temurun akan menciptakan kekosongan ideologi atau kebingungan di kalangan elit Korea Utara,” ucap Kim dikutip dari Yonhap-OANA via Antara, Minggu, 25 Februari.
Jika terjadi konflik internal, lanjutnya, kemungkinan besar akan berujung pada provokasi militer untuk mengatasi krisis tersebut.
“Pemerintah kami menganggap situasi ini sangat serius, dan kami telah menyiapkan tindakan menyeluruh sebagai tanggapannya, termasuk tindakan pencegahan militer,” tutur Kim Yung-ho.
Menteri Unifikasi Korsel itu juga mengatakan penghapusan gambar Semenanjung Korea, yang turut menjadi simbol acuan penyatuan kedua negara Korea, dari siaran Korea Utara bertujuan untuk menghalangi kerinduan masyarakat Korea Utara terhadap masyarakat Korea Selatan.
BACA JUGA:
"Ini jelas menunjukkan bahwa Korea Utara kalah dari Korea Selatan dalam persaingan rezim,” kata Kim.