Bagikan:

JAKARTA - Kementerian Unifikasi Korea Selatan memperingatkan Seoul akan melakukan tindakan yang sangat menyakitkan, jika Korea Utara meneruskan provokasi seperti pengiriman balon-balon pembawa kotoran ke Selatan.

Awal pekan ini, Pyongyang menerbangkan ratusan balon besar berisi sampah dan pupuk kandang ke Seoul dan melakukan serangan pengacauan GPS di perairan dekat pulau-pulau perbatasan barat laut Korsel selama tiga hari berturut-turut hingga Jumat.

Korut juga menembakkan salvo rudal balistik jarak pendek ke Laut Timur pada Kamis (30/5).

Kementerian yang bertanggung jawab atas urusan antar-Korea itu menyuarakan kekecewaan mendalam atas tindakan provokatif Korut yang dianggap tidak masuk akal dan tidak rasional.

"Pemerintah menanggapi provokasi terbaru Korea Utara dengan sangat serius. Kami tidak akan menoleransi tindakan seperti itu," kata Kementerian Unifikasi Korsel.

"Jika Korea Utara tidak menghentikan tindakan provokatifnya, pemerintah akan mengambil semua tindakan yang tidak dapat ditanggung Korea Utara. Kami dengan tegas memperingatkan bahwa semua tanggung jawab atas apa yang akan terjadi setelahnya, sepenuhnya berada di tangan Korea Utara," ujar kementerian itu.

Peringatan itu disampaikan karena Korut diperkirakan akan terus melakukan tindakan provokatif di tengah permusuhan yang terang-terangan terhadap Korsel.

Saudara perempuan Pemimpin Korut Kim Jong Un, Kim Yo Jong, mengeluarkan pernyataan yang sarat dengan ejekan, dengan menyebut bahwa balon-balon tersebut adalah “hadiah yang tulus” untuk warga Korsel yang menyerukan jaminan kebebasan berekspresi.

Kim bersumpah negaranya akan mengirim sampah puluhan kali lebih banyak daripada jumlah kotoran yang tersebar di wilayah Utara.

Seorang pejabat militer Seoul mengatakan Korut mungkin akan mengirim lebih banyak balon seperti itu pada Sabtu (1/6), saat angin diperkirakan bertiup ke arah selatan.

Kim Jong Un juga mengawasi latihan tembak yang melibatkan peluncur roket ganda super besar pada Kamis.

Media pemerintah Korut mengatakan latihan itu ditujukan untuk menunjukkan tekad negara itu untuk melakukan serangan pendahuluan terhadap Korsel, jika diprovokasi.

Pada pertemuan partai akhir tahun lalu, Kim mendefinisikan hubungan antar-Korea sebagai hubungan "antara dua negara yang saling bermusuhan" dan mengatakan tidak ada gunanya mencari rekonsiliasi dan penyatuan dengan Korsel.