Kejari Batam Terima 4 Tersangka dan Barang Bukti Judi Online dari Bareskrim Polri
Ilustrasi pelaku kejahatan ditangkap (ANTTARA)

Bagikan:

BATAM - Bareskrim Polri melalui Satuan Tugas Anti-Mafia Bola (Satgas AMB) menyerahkan empat orang tersangka dan barang bukti kasus judi online ke Kejaksaan Negeri (Kejari) Batam, Kamis kemarin.

Tersangka kasus perjudian online yang ditangkap oleh Mabes Polri, beberapa waktu lalu, akan diproses di Kejaksaan Negeri Batam hingga ke persidangan.

Keempat tersangka yang diserahkan, yaitu Deddy Riswanto, Santoso, Tan Roland Rustan dan Luis.

Kajari Batam I Ketut Kasna Dedi, menyampaikan Kejari Batam telah menerima pelimpahan barang bukti dan empat orang tersangka kasus situs judi online yang ditangani oleh penyidik Bareskrim Polri.

"Kita menerima pelimpahan langsung dari penyidik Bareskrim Polri terkait perkara judi bola dengan mengamankan empat orang tersangka," kata Kasna, Jumat, 23 Februari.

Kasubnit 3 Subdit 1 Dittipidsiber Bareskrim Polri AKP Bambang Meiriawan menjelaskan, Satgas Anti-Mafia Bola Polri melakukan serah terima (tahap 2) tersangka dan barang bukti ke Kejaksaan Negeri Batam.

"Dalam konteks perkara ini, terdapat empat orang tersangka yang telah ditangkap dan ditahan beserta dengan barang bukti," kata Bambang.

Adapun barang bukti yang berhasil diamankan yaitu, 110 buku tabungan dari berbagai bank, 2 unit kendaraan roda empat, 1 unit apartemen, serta uang tunai sejumlah kurang lebih Rp 5 miliar.

Selain itu, Bareskrim Polri berkoordinasi dengan Kemenkominfo untuk melakukan pemblokiran terhadap situs-situs yang melakukan praktik judi online di wilayah hukum Indonesia.

"Untuk server judi online ini tidak berada di Indonesia, tetapi berada di negara Kamboja dan Filipina. Namun, untuk praktik perjudian ini dilakukan di wilayah hukum Indonesia, dengan menggunakan rekening deposit dan withdraw di Indonesia, menunjukkan orientasi pasar khusus di Indonesia," ungkapnya.

Untuk omzet dalam menjalankan usaha judi online ini, para pelaku meraup keuntungan dalam satu bulan sekitar Rp 15 miliar.

"Uangnya tidak terlihat, karena uang yang masuk di dalam rekening tersebut berpindah-pindah dalam waktu yang singkat," pungkasnya.

Atas perbuatannya, tersangka dikenakan Pasal 303 KUHP dengan ancaman pidana 20 tahun penjara dan denda Rp 10 miliar.