JAKARTA - PT Whitesky Aviation membidik kalangan kelas menengah untuk menggunakan helikopter untuk moda transportasi dari dan menuju Bandara Soekarno-Hatta. Saat ini, helicity atau taksi terbang ini baru berlaku di Jakarta. Namun, layanan ini juga akan hadir di Pulau Dewata.
Direktur Utama PT Whitesky Aviation Denon Prawiraatmadja mengatakan pihaknya akan melakukan ekspansi hingga ke Bali. Saat ini perusahaan tengah melakukan pembicaraan dengan beberapa pengelola bandara.
"Saya berharap ke depan kami juga bisa bekerja sama dengan AP I (Angkasa Pura) di Bali dan dan AP II di bandara lain," katanya dalam diskusi virtual APII Comes to You, Jumat, 26 Februari.
Saat ini, kata Denon, layanan taksi terbang dapat menjangkau 72 titik di Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi (Jabodetabek). Adapun layanan ini sudah ada sejak bandara helikopter (heliport) komersial di Soetta beroperasi pada 2019 lalu.
Lebih lanjut, Denon menjelaskan, heliport di Bandara Soetta memiliki 10 hanggar dan mampu menampung 50 helikopter jenis Bell 505 atau setara dengan 20 unit helikopter Bell 429/Airbus H130. Karena itu, pengembangan taksi udara udara ini juga semakin digencarkan supaya semakin banyak peminatnya khususnya dari kalangan menengah.
"Kisaran harga tarifnya sekitar Rp8 jutaan hingga Rp20 jutaan itu facility-nya ada 3 sampai 4 passenger (penumpang). Kalau charter flight di atas Rp20 jutaan harganya dari 4 sampai 8 penumpang," tuturnya.
BACA JUGA:
Denon mengatakan di jam-jam tertentu pihaknya juga memberikan promo untuk pelanggan bisnis dan nonbisnis supaya makin banyak peminatnya. Ia menilai, jika peminat pengguna helikopter ini tinggi maka akan meningkatkan nilai dari transportasi ini. Sehingga bank pemerintah dan bank daerah berminat untuk mengambil andil dalam pengadaan helikopter.
Bukan tanpa alasan, kata Denon, bisnis transportasi udara ini selalu berhadapan dengan nilai mata uang asing baik dari financial list dan operating list. Saat ini perusahaan jasa transportasi udara berpikir keras supaya mendapatkan harga yang kompetitif untuk pengadaan atau biaya operasinya.
"Saat ini pintar-pintarnya kami menyiasati bagaimana kami nego dengan lessor untuk bisa mendapatkan cost yang kompetitif. Saya lihat heli sudah cukup marak, sehingga tentu bank pemerintah dan lokal diharapkan bisa berpartisipasi untuk pengadaan helikopter ini. Dengan begitu tentu harganya bisa jauh lebih terjangkau," tuturnya.