Bagikan:

JAKARTA - Rumah Sakit Nasser, komplek medis terbesar terakhir yang masih berfungsi di Gaza sebelumnya, kini tidak lagi berfungsi kata Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), usai Israel melancarkan serangan ke fasilitas tersebut pekan lalu.

Israel mengakui pasukan khususnya menggerebek Rumah Sakit Nasser pada Hari Kamis pekan lalu, setelah melakukan pengepungan selama berhari-hari.

Tim WHO tidak diizinkan memasuki rumah sakit di Gaza selatan pada Hari Jumat atau Sabtu, "untuk menilai kondisi pasien dan kebutuhan medis kritis," kata Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus, dalam unggahannya di media sosial X, melansir CNN 19 Februari.

Dalam unggahannya Dr. Tedros juga mengatakan, masih banyak pasien yang dirawat di rumah sakit tersebut, dengan beberapa di antaranya membutuhkan pemindahan segera, mengingat kondisi rumah sakit saat ini.

"Masih ada sekitar 200 pasien di rumah sakit. Setidaknya 20 orang harus segera dirujuk ke rumah sakit lain untuk mendapatkan layanan kesehatan, rujukan medis adalah hak setiap pasien," tegasnya.

"Biaya keterlambatan akan ditanggung oleh nyawa pasien," tambah Tedros, sebelum mendesak agar staf WHO mendapatkan akses ke pasien dan rumah sakit.

Pekan lalu, pasukan khusus Israel menggerebek Rumah Sakit Nasser di Gaza selatan pada Hari Kamis, satu-satunya rumah sakit terbesar yang masih berfungsi di wilayah itu setelah mengepung fasilitas tersebut selama berhari-hari.

Israel Defense Forces (IDF) mengatakan, mereka "menangkap sejumlah tersangka" di rumah sakit, dan menambahkan bahwa operasi masih berlangsung.

Juru bicara IDF Laksamana Muda Daniel Hagari mengatakan mereka memiliki "informasi intelijen yang dapat dipercaya dari sejumlah sumber, termasuk dari para sandera yang dibebaskan," bahwa Hamas sebelumnya pernah menyandera di rumah sakit tersebut, dengan jenazah para sandera yang meninggal mungkin ada di rumah sakit tersebut.

Kendati demikian, pihak militer Israel tidak merilis bukti tersebut secara terbuka.

Laksda Hagari mengklaim, "teroris Hamas kemungkinan besar bersembunyi di belakang warga sipil yang terluka di dalam Rumah Sakit Nasser saat ini," mengatakan operasi tersebut akan dilakukan "tepat dan terbatas."

"Operasi sensitif ini dipersiapkan dengan tepat dan dilakukan oleh pasukan khusus IDF yang menjalani pelatihan khusus," ungkap Laksda Hagari, mengutip Reuters.

Juru bicara kementerian Dr. Ashraf Al-Qidra mengklaim sekitar 70 petugas kesehatan ditangkap oleh pasukan Israel. Sementara, 80 pasien telah dipindahkan dari rumah sakit ke lokasi yang tidak diketahui.

Hanya 25 staf medis yang tersisa di kompleks medis, dan mereka tidak mampu menangani kasus-kasus yang memerlukan perawatan kritis, kata Al-Qidra.

Selama tiga hari, aliran listrik ke kompleks tersebut terputus, sehingga pasokan oksigen dan air terhenti. Sejauh ini, tujuh orang telah meninggal dunia akibat kejadian tersebut, katanya.

Sekjen PBB Antonio Guterres mengutuk serangan yang dilakukan militer Israel ke rumah sakit di Khan Younis, kata juru bicara Stephane Dujarric.

"Kami tegaskan sekali lagi, rumah sakit harus dijaga agar tetap bebas dari pertempuran, tidak boleh menjadi sasaran aksi militer apapun, segala jenis aksi militer di rumah sakit harus dikutuk," kata Dujarric.