Bagikan:

JAKARTA - Akademisi dan pengamat politik Rocky Gerung merespons film dokumenter 'Dirty Vote' yang hari ini tengah menjadi sorotan publik, termasuk tim sukses masing-masing pasangan calon.

Menurut Rocky, dokumenter yang rilis di masa tenang kampanye ini merupakan teguran terhadap Presiden Joko Widodo (Jokowi). 

"Jadi sebetulnya film Dirty Vote ini adalah teguran terhadap Jokowi," kata Rocky  dilansir VOI dari akun Youtube @Rocky Gerung Official, Senin 12, Februari.

Rocky menilai, semua optimisme, janji pemilu yang adil-jujur dari KPU atau badan penyelenggara pemilu, termasuk Jokowi justru dibatalkan dengan kehadiran film ini.

"Memang kontroversial namun membuat kita mengerti ada hal yang didesain secara curang

Kalau kemudian itu menjadi olok-olok orang, membela dan segala macam itu soal lain. Tetapi ada niat kita untuk menegur," terang Rocky.

Menurutnya, ketiga pakar hukum tata negara masing-masing Zainal Arifin Mochtar, Bivitri Susanti, dan Feri Amsari menyampaikan akumulasi dari pengetahuan, teori dan data dalam mengulas penggunaan instrumen kekuasaan untuk kemenangan pemilu dalam film tersebut. 

Sosok ketiga pakar hukum ini pun bukan sembarangan karena kerap mondar mandir di Mahkamah Konstitusi menjadi saksi ahli atau komentator persoalan hukum tata negara.

"Jadi sebetulnya ini hasil riset. Apalagi sosok Dandhy (Dandhy Dwi Laksono, sutradara dokementer) kan berkali-kali menang (penghargaan film dokumenter), yang dulu juga dihajar Luhut. Ia diakui secara internasional, dunia film macam-macamlah reputasi Dandhy,"

"Tak ada satu poin dalam film ini yang disebut fitnah, ini membuat suatu perbandingan dengan apa yang dijanjikan dan apa yang terjadi. Itu bukan fitnah, itu evaluasi," demikian Rocky.