Bagikan:

JAKARTA - Sambutan warga NTT terhadap Presiden Joko Widodo (Jokowi), Selasa, 22 Februari lalu memunculkan polemik. Bagi yang mendukung, kerumunan warga dalam penyambutan merupakan bentuk spontanitas menyambut orang nomor satu di negara ini 

Sementara bagi yang mengkritik, Jokowi dinilai telah melanggar  protokol kesehatan (prokes). Bahkan, kerumunan ala Presiden Jokowi dibandingkan dengan Rizieq Shihab yang kini berstatus tersangka. 

Salah satu yang membela Presiden Jokowi adalah relawan COVID-19 dr Tirta Mandira Hudi.

Dalam unggahan di akun Instagramnya @dr.tirta menyebut, kerumunan wajar saja terjadi mengingat Presiden Jokowi adalah simbol negara. Sehingga, kemana pun eks Gubernur DKI Jakarta pergi pasti akan mengundang antusiasme.

"Jadi Pak Presiden Jokowi adalah simbol negara yang kemanapun beliau pergi akan selalu menarik massa," kata dr Tirta seperti dikutip dari akun Instagramnya, Rabu, 24 Februari. 

Beda dengan Tirta, rekan Rizieq Shihab, Tengku Zulkarnain justru mempertanyakan klaim bila kerumunan warga tidak diundang sebelumnya. Hadiah yang dibagi-bagikan Presiden Jokowi justru menunjukan hal sebaliknya.

"Dr.Tirta bilang kerumunan itu tidak diundang? Ada yang bilang tidak direncanakan? Terus hadiah-hadiah yang dibagi-bagi itu dimaksudkan untuk kerumunan jin dan dedemit, bukan kerumunan Orang? Kenapa sekarang banyak orang jadi aneh, ya. Berpikir sederhana saja kesulitan. Aneh..." cuit Tengku Zul di @ustadtengkuzul, Kamis, 25 Februari. 

Menurut Tengku Zul, Tirta lupa bahwa Rizieq Shihab juga tidak mengundang warga karena masuk tokoh agama.

 

"Gunanya pihak pengamanan adalah membubarkan kerumunan karena apa dan oleh siapa tanpa pandang bulu di tempat umum, apa pun alasannya, dah begitu saja," tegas Tengku Zul.