BANDUNG - Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Mendikbudristek) Nadiem Makarim, dalam pembukaan Sekolah Jurnalisme Indonesia (SJI), menekankan pentingnya bersaing dengan Artificial Intelligence (AI) dalam dunia jurnalisme saat ini. Berbicara di Sekretariat PWI Jawa Barat, Kota Bandung pada Selasa, 6 Februari, Mendikbudristek menegaskan bahwa meskipun teknologi terus berkembang, hal itu tidak boleh mengurangi kualitas jurnalisme di Indonesia.
"Tentunya teknologi telah mengubah lanskap jurnalisme secara menyeluruh. Meskipun kondisinya disruptif, namun bukan alasan untuk mengabaikan kualitas jurnalisme. Kita harus mampu bersaing dengan AI saat ini. Integritas, kritisitas, dan empati harus senantiasa terjaga, karena itulah aspek yang tak dapat digantikan oleh mesin kecerdasan buatan," ungkap Nadiem.
Nadiem Makarim juga mengutarakan kebingungannya terhadap beberapa publikasi daring yang terkadang mengasumsikan dirinya sebagai pembaca yang telah mengikuti suatu isu tertentu, padahal dirinya baru saja mengetahuinya. Ia menyoroti pendekatan media The Economist yang menurutnya lebih menyenangkan untuk dibaca.
BACA JUGA:
"Setiap orang dijelaskan dengan detail, bahkan yang terkenal pun disajikan dengan latar belakangnya. Seolah-olah pembaca sama sekali tak mengenal subjek tersebut. Standar jurnalisme semacam itu harus diadopsi, guna meningkatkan tingkat literasi masyarakat. Saat ini, risiko masyarakat terpapar misinformasi dan disinformasi sangat tinggi karena kurangnya standar penulisan yang komprehensif dan integritas yang kokoh," tambahnya.
Sementara itu setelah Nadiem Makarim memberikan sambutan, Ketua PWI Pusat, Hendry Ch Bangun, menjelaskan bahwa SJI adalah program peningkatan kompetensi yang terus beradaptasi dengan perkembangan zaman. SJI, yang telah digagas sejak tahun 2010, kini fokus pada multitasking jurnalisme, termasuk kritikalitas, kebangsaan, dan integritas dalam meliput berita.